Klasifikasi Kata

Klasifikasi Kata

Klasifikasi Kata Pendapat Berbagai Macam Ahli
Terdapat beberapa pendapat yang menjelaskan tentang kata seperti :
a. Ramlan (1996) yang mengatakan bahwa kata merupakan dua macam satuan, yaitu satuan fonologis dan satuan gramatis.
b. Alisyahbana (1978) menyatakan bahwa kata adalah kesatuan kumpulan fonem atau huruf yang terkecil yang mengandung pengertian.
c. Bloomfield (1996) mengatakan kata adalah minimal free form, yaitu sebagai suatu bentuk yang dapat diujarkan tersendiri dan bermakna, tetapi bentuk tersebut tidak dapat dipisahkan atas bagian-bagian yang satu diantaranya (bermakna).
d. Parera (1994) mengatakan bahwa kata mendapatkan tempat yang penting dalam analisis bahasa. Kata adalah satu kesatuan sintaksis dalam tutur atau kalimat. Kata dapat merupakan satu kesatuan penuh dan komplit dalam ujar sebuah bahasa, kecuali partikel. Kata dapat disendirikan( hal tersebut berarti sebuah kata dalam kalimat dapat dipisahkan dari yang lain dan juga dipindahkan)
e. Menurut Crystal (1980) kata adalah  satuan ujaran yang mempunyai pengenalan intuitif universal oleh penutur asli, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kata adalah bentuk bebas terkecil yang mempunyai kesatuan fonologis dan kesatuan gramatis yang mengandung suatu pengertian.

A. Klasifikasi Kata Kelas Terbuka
Secara tradisional (lihat Alisyahbana 1945; Mess 1956; dan Hadidjaja 1956, (dilihat dari Abdul Chaer, 2008:64) dikenal adanya kata-kata yang termasuk kelas verba nomina, ajektifa, adverbia, numeralia, preposisi, konjungsi, pronominal, artikula, dan anterjeksi. Kalau disimak baik-baik dapat dilihat bahwa kelas nomina, verba, dan adjektifa berisi konsep-konsep budaya, yang merupakan makna leksikal dari kata-kata pada kelas itu. Adverbia membawa makna yang mendampingi kelas-kelas nomina, verba, dan adjektifa. Kata-kata yang termasuk kelas numeralia membawa konsep-konsep hitungan, terutama untuk kelas nomina dan adverbia. Kelas preposisi membawa konsep perangkai antara verba dan nomina. Sementara kelas konjungsinmembawa konsep makna penghubung antara satuan kelas nomina, antara satuan verba, dan antara satuan adjektifa. Lalu kelas pronominal membawa konsep pengganti untuk anggota kelas nomina. Kemudian kelas anggotanya tidak banyak, yaitu artikula, membawa konsep penentu dan pembentuk nomina. Interjeksi membawa konsep ‘emosi’ manusia.
Kelas kata terbuka adalah kelas yang keanggotaanya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa. Termasuk kelas terbuka yaitu verba, nomina, dan adjektiva.

a. Nomina
Ciri utama nomina atau kata benda dilihat dari adverbia pendampingnya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas nomina.
1. Pertama, tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak. Jadi, kata-kata kucing, meja, bulan, rumah, dan pensil adalah termasuk nomina karena tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak.
Contoh : *tidak [kucing, meja, bulan, rumah, pensil]
2. Kedua, tidak dapat didahului oleh adverbia derajat agak (lebih, sangat, paling).
Contoh : *agak [kucing, meja, bulan, rumah, pensil]
3. Ketiga, tidak dapat didahului adverbia keharusan wajib.
Contoh : *wajib [kucing, meja, bulan, rumah, pensil]
4. Keempat dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah seperti satu, sebuah, sebatang,dan sebagainya. Misalnya: sebuah meja, sebuah kucing, sebatang pensil.

b. Verba
Ciri utama verba atau kata keja dilihat dari adverbia yang mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas verba.
1. Pertama,  dapat didampingi oleh adverbia negasitidak dan  tanpa.
Contoh :
i.  tidak datang
ii. tidak pulang
iii. tanpa makan
iv. tanpa membaca
2.  Kedua, dapat didmpingi oleh semua adverbia frekuensi seperti :
i.  sering datang
ii.  jarang makan
iii. kadang-kadang pulang
3. Ketiga, tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan penggolongannya, Misalnya :
i. sebuah *membaca
ii. dua butir *menulis
iii. tiga butir *pulang
Namun dapat didampingi oleh semua adverbia jumlah. Seperti :
i. kurang membaca
ii. sedikit menulis
4.   Keempat, tidak dapat didampingi oleh adverbia derajat. Contohnya :
i.  agak *pulang
ii. cukup *datang
5.   Kelima, dapat didampingi oleh semua adverbia kala (tenses).
Contoh :
i. sudah makan
ii. sedang mandi
6 . Keenam, dapat didampingi oleh semua adverbia keselesaian. Contohnya :
i. belum mandi
ii. baru datang
 7.      Ketujuh, dapat didampingi oleg adverbia keharusan. Contohnya :
i. boleh mandi
ii. harus pulang
8.     Kedelapan, dapat didampingi oleh semua anggota adverbia kepastian. Contohnya :
i. pasti datang
ii. tentu pulang
Bila dilihat dari komponen utamanya, maka dapat di lihat adanya verba yang berkomponen utama.
a) [+manusia], seperti menulis, membaca, dan berpikir. Verba yang berkomponen makna [+manusia] hanya dapat dilakukan atau berlaku untuk subjek manusia.
b) [+ makhluk hidup], seperti makan, minum, dan tidur. Verba ini dapat dilakukan atau berlaku untuk semua makhluk hidup, baik manusia atau binatang.
c) [+ binatang] seperti mengaum (untuk harimau), mencicit(tikus), dan memagut (ular).
d) [+ lokasi] seperti duduk, lewat. Verba ini memerlukan keterangan tempat di dalam klausanya. Contoh : adik duduk di lantai.
e) [+sasaran]  seperti makan, menulis, dan melihat. Verba yang memiliki komponen ini memerlukan objek  di dalam fungsi klausanya. Contoh : kakak menulis surat.
f) [- sasaran] seperti melompat, datang, dan pulang. Verba ini tidak memerlukan objek di dalam klausanya.
g) [+arah] seperti, menuju, pergi, dan pulang. Verba ini memerlukan adanya keterangan di dalam klausanya. Contoh : ibu pergi ke pasar.
h) [+tindakan fisik] seperti, menendang, memukul, melangkah.
i) [- tindakan fisik] seperti, berpikir, membenci, mengkhawatirkan.
j) [+tindakan tangan] seperti, memegang, menuntun.
k) [+tindakan kaki] seperti, melangkah, melompat.
l) [+tindakan mata] seperti melihat, melirik.
m) [+tindakan mulut] seperti, makan, menggigit.
c. Adjektifa
Ciri utama adjektifa atau kata keadaan dari adverbia yang mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas adjektifa.
1.  Pertama, tidak dapat didampingi oleh adverbia frekuensi sering, jarang, dan kadang-kadang. Jadi, tidak mungkin ada.
i. *sering indah
ii.  *jarang tinggi
2.  Kedua, tidak dapat didampingi oleh adverbia jumlah. Jadi tidak ada.
i.  *banyak bagus
ii.  *sedikit baru
3.  Ketiga, dapat didampingi oleh semua adverbia derajat. Contohnya :
i.  agak tinggi
ii. cukup mahal
4.  Keempat, dapat didampingi oleh adverbia kepastian pasti, tentu, mungkin, dan barangkali. Umpamanya :
i. pasti indah
ii. tentu baik
5.   Kelima, tidak dapat diberi adverbia kala (tenses) hendak dan mau. Jadi bentuk-bentuk tidak berterima.
i. hendak indah
ii. mau tinggi
 Secara morfologi adjektifa yang berupa kata turunan atau kata bentukan dapat dikenali dari sufiks-sufiks (yang berasal dari bahasa asing) yang mengimbuhkannya. Contoh :
al : faktual, gramatikal, ideal
il : idiil, materiil
iah : alamiah, ruhaniah, harfiah
if : efektif, kualitatif, administratif
ik : patriotik, heroik
is : kronologis, pancasilais
istis : materialistis, optimistis, egoistis
i : islami, alami
wi : duniawi, surgawi
ni : gerejani

B. Klasifikasi Kata Kelas Tertutup
Klasifikasi kata kelas tertutup adalah kelas kata yang jumlah keanggotaannya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau berkurang. Yang termasuk anggota kelas kata tertutup adalah kelas-kelas adverbia, preposisi, konjungsi, artikula, dan juga interjeksi.
a.  Adverbia
Adverbia adalah kata dasar kriteria untuk menentukan kata-kata berkelas nomina, verba, atau adjektiva. Adverbia pada umumnya berupa bentuk dasar, sedikit sekali yang berupa kata bentukan ini secara morfologi dapat dikenali dari bentuknya yang :
Contohnya :
1. Berprefiks se-, seperti sejumlah, sebagian,seberapa, dan semoga.
2. Berprefiks se-, dengan reduplikasi seperti sekali-kali, semena-mena.
3. Berkonfiks se-nya , seperti sebaiknya, seharusnya, sesungguhnya, dan sebiasanya.
4. Berkonfiks se-nya disertai reduplikasi seperti selambat-lambatnya, secepat-cepatnya, dan sedapat-dapatnya.
Dilihat dari segi semantik, yakni dari komponen makna utama yang dimiliki dapat dilihat danya kata-kata yang berkelas adverbia yang memiliki komponen makna.
1. [+ negasi], yaitu kata tidak. kata tidak digunakan untuk menegasikan kelas verba dan ajektifa. kata bukandigunakan untuk menegasikan kalas verba dan ajektifa tetapi dapat juga digunakan untuk menegasikan kelas verba dan ajektiva yang berada dalam konstruksi berkontras. Kata tanpa digunkan untuk menegasikan kelas nomina dan verba dan kata tiada juga digunakan untuk menegasikan kelas nomina dan verba.
2. [ + frekuensi], yaitu kata-kata sering, jarang, kadang-kadang, biasa, sekali-kali, acapkali dan selalu. Adverbia ini dapat digunakan untuk kelas nomina dan kelas ajektifa.
3. [+ kuantitas] atau [+ jumlah], yaitu banyak, sedikit,cukup,kurang,semua, seluruh, sebagian, dan beberapa. Pada umumnya dapat mendampingi kata adverbial dan juga nomina.
Contohnya:
i. Banyak rumah
ii. Sedikit uang
iii. Semua orang
iv. Banyak membaca
v. Sedikit bicara
4. [+kualitas] atau [+ derajat] yaitu agak, cukup, lebih, kurang, sangat, paling, sedikit dan sekali . pada umumnya hanya dapat mendampingi kata-kata kelas ajektiva misalnya :
i. Agak baik
ii. Cukup baik
5. [+ waktu] atau [+ kala] yaitu sudah, sedang, lagi, dan mau .misalnya:
i. Sudah makan
ii. Sedang mandi
6. [ +keselesaian] yaitu  sudah,belum, baru adverbia ini dapat mendampingi kata-kata dari verba dan ajektiva misalnya:
i. Sudah mandi
ii. Belum mandi
iii. Baru mandi
7. [ +pembatasan] yaitu adverbia hanya, dan saja dan dapat mendampingi kata-kata dari kelas verba dan juga numeralia contoh:
i. Hanya nasi
ii. Nasi saja
8. [ +keharusan] yaitu boleh, wajib, harus, dan mesti adverbial ini dapat mendampingi kata-kata kelas verba. Misalnya:
i. Boleh pergi
ii. Harus pergi
9. [+ kepastian] yaitu pasti, tentu, mungkin,barangkali,adverbial ini dapat mendampingi kata verba misalnya:
i. Pasti hadir
ii. Tentu datang
Selain mendampingi verba adverbial ini juga dapat mendampingi klausa dan kalimat  misalnya:
i. Tentu dia datang
ii. Mungkin ayah pergi ke Jakarta
b.  Pronomina
Pronomina lazim atau kata ganti karena tugasnya memang menggantikan nomina yang ada.
1. Kata ganti diri
Kata ganti diri adalah pronomina yang menggantikan nomina orang atau yang diorangkan. Kata ganti diri biasanya dibedakan atas :
i. Kata ganti diri orang pertama atau tunggal:aku, saya. Orang pertama jamak : kami, kita
ii. Kata ganti diri orang kedua tunggal : kamu, engkau. Orang kedua jamak : kalian,  dan kamu sekalian
iii. Kata ganti orang ke tiga tunggal : ia, dia, nya. Orang ketiga jamak: mereka

Mengenai penggunaan kata ganti diri dalam bahasa Indonesia ada tiga catatan yang perlu diperhatikan :
2. Dalam masyarakat umum kata ganti diri sering digunakan secara tidak tertib.
i. Kata ganti kami sering digunakan untuk menyebut diri secara tunggal, bukan jamak.
ii. Kata ganti kita sering digunakan untuk menyebut diri sendiri bukan secara inklusif,
iii. Kata ganti nya sering digunakan untuk menyebut orang kedua tunggal.
3. Dalam masyarakat Indonesia yang multietnis dan multibudaya lazim juga digunakan kata ganti dari bahasa daerah, seperti :
i. Mas dan mbak dari bahasa Jawa
ii. Awak, uni, dan uda dari bahasa Minangkabau
iii. Akang, mamang dari bahasa sunda
4. Karena faktor sosial kata ganti yang sudah tersedia lengkap itu tidak digunakan. Sebagai gantinya digunakan kosakata dari istilah perkerabatan seperti, bapak, ibu, nenek, adik, paman, cucu, dan lain sebagainya. Istilah perkerabatan ini dapat menggantikan posisi orang pertama, kedua, maupun ketiga. Sebagai contoh kata bapak pada kalimat pertama di bawah ini menggantikan kata saya, pada kalimat kedua menggantikan kata kamu, dan pada kalimat ketiga menggantikan kata dia.
i. Guru itu berkata pada murid-muridnya, “Besok Bapak akan pergi ke Medan“.
ii. Kata Ali kepada gurunya, “Kapan Bapak akan kembali ke Surabaya“.
iii. Kata Ahmad kepada Ali (sesama murid), “Kabarnya Bapak itu mau menjenguk ibunya yang sedang sakit“.

5. Kata ganti petunjuk
Kata ganti petunjuk  atau pronomina demontratifa adalah kata ini dan itu  yang digunakan untuk menggantikan nomina sekaligus dengan penunjukan, misalnya:
i. Buku ini  adalah buku impor.
ii. Buku itu belum saya baca.
6. Kata ganti Tanya
Kata ganti Tanya atau pronomina interogatif adalah kata yang digunakan untuk bertanya atau menanyakan sesuatu. Kata ganti Tanya itu :apa, siapa, mengapa, berapa, bagaimana, dan mana.  Misalnya:
i. Apa ini?
ii. Siapa namanya?
iii. Mengapa  gedung itu roboh?
iv. Berapa harga seekor ayam?
v. Bagaimana cuaca disana?
vi. Mana buku yang baru kamu beli itu?
Untuk menegaskan keberadaan, biasanya kata ganti mana dilengkapi dengan preposisi dari, di, dan. Misalnya:
i. Mereka itu datang dari mana?
ii. Kamu simpan buku itu di mana?
7. Pronomina tak tentu
Pronomina tak tentu atau kata ganti tak tentu adalah kata-kata yang digunakan untuk menggantikan nomina yang tak tentu. Yang termasuk kata ganti tak tentu adalah seseorang, salah seorang, siapa saja, dan lain-lain. Contoh:
i. Ada seseorang yang menunggu  Anda diluar.
ii. Salah seorang siswa Anda terlibat dalam pencurian itu.
iii. Di antara mereka siapa saja yang Anda kenal?
iv. Setiap orang diminta menunjukkan KTP-nya?
v. Masing-masing mendapat bantuan Rp 300.000,00
vi. Pada suatu hari dia datang kesini.
vii. Ada sesuatu yang tidak beres di dalam keluarga itu.
viii. Kemiskinan adalah salah satu masalah yang harus segera diatasi.
ix. Kerugian kami tidak seberapa.
x. Sewaktu-waktu kerusuhan itu akan terjadi lagi.
c. Numeralia
1. Kata bilangan
Numeralia atau kata bilangan adalah kata-kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan, dan himpunan. Kata bilangan utama atau kata bilangan sejati adalah satu, dua, tiga,dll.
. Kata bilangan bertingkat digunakan untuk menyatakan urutan kata seperti kelima, ketujuh  contoh pada kalimat:
i. Beliau duduk di kursi kelima dari sini.
Kata  bilangan himpunan yaitu kata bilangan yang menyatakan kelompok atau jumlah bentuknya sama dengan kata bilangan tingkat contoh:Kedua rumah itu disita oleh pengadilan.
2. Kata bantu bilangan
Kata bantu bilangan disebut juga kata penjodohan bilangan, atau kata penggolong bilangan adalah kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal nomina. Kata bantu bilangan yang lazim digunakan adalah orang untuk manusia, ekor untuk binatang, buah untuk benda umum. Selain itu secara spesifik digunakan juga kata-kata batang,lembar,helai, dan lain-lain. Contoh:
i. Dua orang Korea
ii. Seekor buaya
iii. Dua batang pensil
iv. Selembar kertas
v. Sehelai kain.
Kata  bantu bilangan diatas digunakan untuk nomina terhitung, untuk nomina tak terhitung digunakan nama wadah pengukur nomina itu. Contohnya:
i. Secangkir kopi
ii. Dua liter minyak
iii. Sepetak sawah
iv. Dua botol kecap
d. Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dan verba di dalam suatu klausa. Misalnya kata di dan dengan dalam kalimat:
i. Nenek duduk di kursi
ii. Kakek menulis surat dengan pensil.
Secara semantik preposisi ini menyatakan makna :
a) Tempat berada, yaitu preposisi di, pada, dalam, atas, dan antara. Contoh : - Nenek tinggal di Bogor - Terima kasih atas pemberian itu
b) Arah asal, yaitu preposisi dari. Contoh : Dia datang dari Kediri
c) Arah tujuan, yaitu preposisi ke, kepada, akan, dan terhadap. Contoh :       - Mereka menuju ke utara
d) Pelaku yaitu preposisi oleh. Contoh : Jembatan itu dibangun oleh pemerintah pusat.
e) Alat, yaitu preposisi dengan dan berkat. Contoh : Kayu itu dibelah dengan kapak.
f) Perbandingan yaitu preposisi daripada. Contoh : Kue ini lebih enak daripada kue itu.
g) Hal atau Masalah yaitu preposisi tentang dan mengenai. Contoh : Mereka membicarakan tentang gempa bumi.
h) Akibat yaitu preposisi hingga/sehingga dan sampai. Contoh : tukang copet itu dipukuli orang banyak hingga babak belur.
i) Tujuan yaitu preposisi untuk, buat, guna, bagi. Contoh : Ibu membeli sepeda baru untuk adik.
e. Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, frase dengan frase antara klausa dengan klausa atau kalimat dengan kalimat. Penggunaan kata dan, sebaliknya , karena. Misalnya:
i. Ibu dan ayah pergi ke bogor
ii. Dia tidak datang karena hujan  lebat sekali
iii. Orang-orang pergi keutara sebaliknya dia menuju keselatan.
1. Konjungsi koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara. Kemudian dilihat dari sifat hubungannya dikenal adanya konjungsi. Misalnya dan, atau, tetapi, melainkan, bahkan, kecuali, lalu,yaitu.
Contoh:
i. Nenek dan kakek pergi ke Makassar. (Menjumlahkan)
ii. Mana yang kamu pilih, yang merah atau yang biru. (Memilih)
iii. Kami ingin menyumbang lebih, tetapi kemampuan kami terbatas. (Mempertentangkan)
iv. Dia menangis bukan karena sedih, melainkan karena gembira. (Membetulkan)
v. Kikirnya bukan main, bahkan untuk makan pun ia segan mengeluarkan uang.(Menegaskan)
vi. Dia duduk,lalu menulis surat itu. (Mengurutkan)
vii. Kedua anak itu, yaitu dadi dan hasan, sering dimarahi ayahnya. (Menyamakan)

2. Konjungsi subkoordinatif
Konjungsi subkoordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsure kalimat (klausa) yang kedudukannya tidak sederajat artinya kedudukan klausa yatu lebih tinggi (sebagai kalusa yang utama) dan yang kedua sebagai kalusa bawahan atau lebih rendah dari yang pertama. Subkoordinatif ini dibedakan pula atas konjungsi yang menghubungkannya.
i. Menghubungkan menyatakan sebab akibat, yaitu konjungsi sebab dan karena.
Contoh:
1) Banyak petani yang mengeluh sebab harga pupuk semakin mahal.
 2) Kami tidak dapat melanjutkan perjalanan karena hari sudah malam.
ii. Menghubungkan menyatakan persyaratan, yaitu kalau
Contoh : - kalau diundang, saya akan hadir.
iii. Menghubungkan menyatakan tujuan yaitu, agar dan supaya.
Contoh :
1) kami berangkat pagi-pagi agar tidak terlambat tiba di sekolah.
2) kami bekerja siang malam supaya pekerjaan ini lekas selesai.
iv. Menghubungkan menyatakan waktu yaitu, ketika, sewaktu, sesudah
Contoh :
 1)  nenek datang ketika kami sedang makan siang
 2) sesudah sarapan kami berangkat ke sekolah
                        3) sewaktu terjadi gempa saya sedang tidak ada dirumah.
v. Menghubungkan menyatakan akibat  yaitu sampai, hingga, sehingga.
Contoh :
   1) Pencuri itu dipukuli orang banyak sampai mukanya babak belur.
 2) Dia terlalu banyak makan hingga tidak kuat berdiri
  3) Rara jatuh kelumpur sehingga bajunya kotor penuh dengan lumpur.
vi. Menghubungkan tujuan atau sasaran yaitu, untuk,guna.
Contoh :
1) untuk mengatasi banjir pemerintah akan membuat saluran baru
  2) siswa dan siswi dikumpulkan di aula guna mendapat pengarahan dari kepala sekolah.
vii. Menghubungkan menyatakan penegasan yaitu biarpun dan meskipun Contoh :
1) Mereka berangkat ke Jakarta meskipun tidak diizinkan oleh orang tua mereka.
2) Biarpun hujan lebat pertandingan sepak bola itu berjalan terus.
a) Menghubungkan menyatakan pengandaian yaitu, seandainya,andaikata. Contoh:
1)   Seandainya saya punya uang satu miliar kamu akan saya belikan mobil.
2) Saya pasti akan celaka andaikata saya jadi berangkat.
b) Menghubungkan menyatakan perbandingan yaitu, seperti, sebagai. Contoh:
1) Kedua anak itu bertengkar seperti kucing dan anjing
2) Wajahnya pucat pusi sebagai bulan kesiangan.

3. Konjungsi antar kalimat
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya yang berada dalam satu kalimat.melihat sifat hubungannya.
a. Menghubungkan dan mengumpulkan yaitu konjungsi jadi, karena itu, oleh sebab itu, kalau begitu, dan dengan demikian.
Contoh :
i. Minggu lalu kamu meminjam uang saya seribu rupiah, dua hari yang lalu dua ribu rupiah, dan kini lima ribu rupiah .jadi hutangmu semua delapan ribu rupiah.
b. Menghubungkan, menyatakan, penegasan, yaitu lagipula dan apalagi
i. Mari kita makan diwarung itu, masakannya enak dan harganya murah, lagipula pelayanannya sangat baik
ii. Hawa dijakarta sangat panas, apalagi pada siang hari.
c. Menghubungkan mempertentangkan atau mengkontraskan,yaitu  namun dan sebaliknya. Contoh:
i. Dia memang bandel, keras kepala,dan suka membantah. Namun hatinya baik dan suka menolong.
ii. Muara sungai ini lebar dan dangkal, sebaliknya dibagian hulu sungai ini sempit dan dalam.
f. Artikulus
Artikulus atau kata sandang adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau mendefinitkan suatu nomina, ajektifa, atau kelas lain. Artikulus yang ada di Indonesia adalah si dan sang.
Contoh :
i.  Mana si gendut, sejak tadi belum muncul
ii. Sang merah putih berkibar di depan istana Negara.
iii. Nama kucingku adalah si manis.
iv. Sang kancil adalah tokoh cerita binatang.
g. Interjeksi
Interjeksi adalah kata-kata yang mengungkapkan peraaan batin, misalnya karena kaget, marah,terharu, kangen,kagum, sedih, dan sebagainya. Misalnya: “wah, nah, Alhamdulillah, astaga, hai”.
  Contoh : “Wah, mahal sekali!“, kata ibu itu.


h. Partikel
Selain kata-kata yang termasuk kelas-kelas diatas ada pula  sejumlah bentuk yang disini disebut partikel seperti kah, lah, tah, pun, dan per.
Contoh:
i. Apakah isi lemari itu ?
ii. Sayalah yang bersalah, bukan anak itu.
iii. Gaji kamu naik per satu April











DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2008.  Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT Rineka Cipta
Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi. Bandung : PT Refika Aditama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Morfologi dan Ilmu Kebahasaan lain, Unsur (Kontruksi Kata)

Jenis Morfem Berdasarkan Jumlah Fonem Yang Menjadi Unsurnya

Proses pengulangan kata atau reduplikasi dan komposisi