Proses pengulangan kata atau reduplikasi dan komposisi
PROSES PENGULANGAN ATAU REDUPLIKASI
Pengertian Proses Pengulangan Atau Reduplikasi
Beberapa pengertian reduplikasi menurit beberapa pakar yaitu :
(KBBI, 2008:1153) “ Proses pengulangan atau reduplikasi adalah proses atau hasil pengulangan kata atau unsur kata, seperti kata rumah-rumah, tetamu, bolak-balok”
(Hasan Alwi, 2003) “ Reduplikasi atau pengulangan adalah proses pengulangan kata atau unsur kata. Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun sebagian. Contohnya adalah “anjing-anjing”, “laki-laki”, “sayur-mayur” dan sebagainya”
(M.Ramlan 2009:65) “ Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan grametikal, baik dengan variasi fonem maupun tidak, contoh: rumah-rumahan, berjalan-jalan, bolak-balik dan sebagainya”
(Masnur, 2008:48) “ Reduplikasi adalah proses pengulangan yang bertujuan untuk membentuk kata”
Jadi dapat di simpulkan bahwa :
Proses Redublikasi atau pengaulangan adalah pengulangan satuan grametikal, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang merupakan bentuk dasar.Misalnya kata “rumah-rumah” dari bentuk dasar “rumah”. Kata ulang “perumahan-perumahan” dari bentuk dasar “perumahan”, kata ulang “jalan-jalan” dibentuk dasar “berjalan”, kata ulang “bolak-balik” dari bentuk dasar “balik”.
2.2 Ciri-Ciri Proses Pengulangan Atau Reduplikasi
Ciri-ciri proses Reduplikasi atau pengulangan adalah:
1. Menimbulkan makna gramatis
2. Terdiri lebih dari satu morfem
3. Selalu memiliki bentuk dasar
4. Pengulangan pada umunya tidak mengubah golongan kata ulang berkelas kata benda, bentuk dasarnyapun berkelas kata benda. Begitu juga berkelas kata kerja, bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja.
5. Bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pakaian Bahasa. Maksud dalam pemakaiaan Bahasa adalah dapat di pakai dalam konteks kalimat.
2.3. Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang
Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang.Satuan yang diulang itu disebut dasar.Sebagian kata ulang dengan mudah dapat di tentukan bentuk dasarnya.
Misalnya:
- Rumah-rumah : bentuk dasarnya rumah
- Pemikiran-pemikiran : bentuk dasarnya pemikiran
- Kebaikan-kebaikan : bentuk dasarnya kebaikan
Tetapi tidak semua kata ulang bisa di tentukan bentuk dasarnya.Dari pengamatan, dapatlah dikemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar bagi kata ulang.
a. Pengulangan pada umunya tidak mengubah golongan kata, misalnya :
- Berkata-kata (kata kerja) : bentuk dasarnya berkata (kata kerja)
- Tersenyum-senyum (kata kerja) : bentuk dasarnya tersenyum (kata kerja)
- Pukul-memukul (kata kerja) : bentuk dasarnya memukul (kata kerja)
b. Bentuk dasar selalu berupa satuan yang dapat yang terdapat dalam penggunaan Bahasa misalnya:
- Mengata-ngatakan : bentuk dasarnya mengatakan bukan “mengata”
- Berdesak-desakan : bentuk dasarnya berdesakan bukan “berdesak”
- Memperkata-katakan : bentuk dasarnya memeperkatakan bukan “memperkata”
2.4 Macam-Macam Pengulangan
Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat di golongkan menjadi empat golongan :
1. Pengulangan seluruh
Yaitu pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinsi dengan proses pembubuhan afiks, misalnya :
Sepeda : bersepeda kebaika: kebaikan-kebaikan
Buku : buku-buku
2. Pengulangan sebagian
Yaitu pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya.Disini bentuk dasarnya tidak diulang seluruhnya.Hampir semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks.Misalnya :
a. Bentuk meN-
Mengambil : mengambil-ambil
Membaca : membaca-baca
Menjalankan : menjalan-jalankan
b. Bentuk di-
Diusai : diusai-usai
Ditarik : ditarik-tarik
Dikemasi : dikemas-kemasi
c. Bentuk ber-
Berjalan : berjalan-jalan
Bertemu : bertemu-temu
Bermain : bermain-main
d. Bentuk ter-
Terbatuk : terbatuk-batuk
Terbentur : terbentur-bentur
Terjatuh : terjatuh-jatuh
e. Bentuk ber-an
Berlarian : berlari-larian
Berjauhan : berjauh-jauhan
Berdekatan : berdekat-dekatan
f. Bentuk –an
Minuman : minum-minuman
Makanan : makan-makanan
Sayuran : sayur-sayuran
g. Bentuk ke-
Kedua : kedua-dua
Ketiga : ketiga-tiga
3. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
Dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama pula mendukung satu fungsi. Misalnya :
Lauk : lauk-pauk
Ramah ; ramah-tamah
Sayur : sayur-mayur
4. Dwilingga
Kata ulang dwilingga adalah kata yang dibentuk dari pengulangan bentuk dasar yang disertai perubahan salah satu fonemnya(bisa berupa fonem vokal maupun fonem konsonan). Misalnya :
1. Perubahan vokal
Gerak : gerak-gerik
Balik : bolak-balik
2. Perubahan konsonan
Sayur : sayur-mayur
Cerai : cerai-berai
5. Dwipurwa
Kata ulang dwipurwa adalah kata yang dibentuk dari pengulangan suku pertama dari bentuk dasar.Misalnya :
Tamu-tetamu
Tangga-tetangga
Luhur-leluhur
Jaka-jejaka
6. Kata ulang berimbuhan
Yaitu kata ulang yang dibentuk dari pengulangan kata yang disertai penambahan imbuhan(afiks). Misalnya :
Daun : daun-dedaunan
Ganti : ganti-bergantian
Merah : kemerah-merahan
7. Kata ulang semu
Kata ulang semu yaitu kata yang menurut bentuknya tergolong kata ulang, tetapi sebenarnya bukan kata ulang sebab tidak ada dasar yang diulang.Misalnya :
Kupu-kupu
Kura-kura
Anai-anai
Rawa-rawa
Alun-alun
2.5 Pembagian Reduplikasi Atau Proses Pengulangan
(Abdul Chaer, 2008:178) Proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan vasiasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.Misalnya kata ulang rumah-rumahan dari bentuk dasar rumah.Kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perubahan, kata ulang bolak-balik dari bentuk dasar balik.
(Abdul Chaer, 2008:179-208) pembagian proses pengulangan atau reduplikasi adalah sebagai berikut :
a) Reduplikasi fonologis
Reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal , melainkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi fonologis adalah bentuk bentuk :
• Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk tersebut bukan berasal dari ku, da, pi, cin dan si. Jadi, bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
• Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai dan ani-ani. Bentuk memang jelas sebagai bentuk ulang, yang diulang secara utuh. Namun, dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang mandiri.
• Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, onde-onde dan rama-rama. Bentuk ini jelas sebagai bentuk ulang dan dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi hasil reduplikasinya melahirkan makna gramatikal. Hasil redupliksinya hanya makna leksikal.
• Mondar-mandir, luntang-lantung, lunggang-langgang, kocar-kacir dan teka-teki. Bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah makna leksikal, bukan makna gramatikal. Dalam berbagai buku tata Bahasa tradisional, bentuk ini disebut kata ulang semu.
b) Reduplikasi sintaksis
Reduplikasi sintaksis (Abdul Chaer, 2008 :179-180) adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar , tetapi menghasilkan satuan Bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata. Kridalaksana (1989) menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata’ bukan ;kata ulang’. Contoh :
- Jauh-jauh sekali negeri yang akan kita datangi
- Panas-panas memang rasanya hatiku
c) Reduplikasi semantis
Reduplikasi semantic (Abdul Chaer, 2008 :180) adalah pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu pengetahuan, alim ulama dan cerdik cendekia. Kata ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna yang sama, kata alim dan kata ulama memiliki makna yang sama. Demikian dengan juga kata cerdik dan kata cendekia.
d) Reduplikasi morfologis
Reduplikasi morfologis (Abdul Chaer, 2008 :181) dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan beruoa bentuk kompisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi, dan pengulangan sebagian.
1. Pengulangan akar
Bentuk dasar yang berupa akar memiliki tiga macam bentuk pengulangan yaitu :
1. Pengulangan utuh, artinya bentuk dasar itu diulang tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu. misalnya : meja-meja ( bentuk dasar meja), kuning-kuning (bentuk dasar kuning), makan-makan (bentuk dasar makan), kalau-kalau (bentuk dasar kalau), dan sunguh-sungguh (bentuk dasar sungguh).
2. Pengulangan sebagian, artinya yang diulang dari bentuk dasar itu hanya dari salah satu suku katanya saja (dalam hal ini suku awal kata), disertai dengan “pelemahan” bunyi. Misalnya : leluhur (bentuk dasar luhur), tetangga (bentuk dasar tangga), jejari (bentuk dasar jari), lelaki (bentuk dasar laki), dan peparu (bentuk dasar paru). Bentuk dasar dalam pengulangan sebagian ini dapat juga diulang secara utuh, tetapi dengan perbedaan makna gramatikal, bandingan :
• Leluhur = luhur-luhur
• Tetangga = tangga-tangga
• Jejari = jari-jari
• Lelaki = laki-laki
• Peparu = paru-paru
3. Pengulangan dengan perubahan bunyi, artinya bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi vocalnya dan bisa bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki unsur pertama bisa juga menduduki unsur kedua. Contoh kelompok (a) yang berubah unsur pertamanya dan contoh kelompok (b) yang berubah unsur keduanya.
(a) Bolak-balik
Larak-lirik
Langgak-longgok
Kelap-kelip
Corat-coret
(b) Ramah-ramah
Lauk-pauk
Sayur-mayur
Serba-serbi
Tindak-tanduk
Bentuk-bentuk seperti mondar-mandir, teka-teki, dan luntang-luntung memang tampak seperti reduplikasi perubahan bunyi.Namun, bentuk-bentuk ini merupakan bentuk reduplikasi fonologis karena tidak diketahui bentuk dasarnya dan tidak memiliki makna gramatikal.Melainkan hanya memiliki makna leksikal.
4. Pengulangan dengan infiks, maksudnya sebuah akar diulang tetapi diberi infiks pada unsur ulangnya. Contoh :
Turun-temurun
Tali-temali
Sinar-seminar
Gunung-gemunung
a. Pengulangan dasar berafiks
Disini perlu diperhatikan adanya tiga macam proses afiksasi dan reduplikasi.
Pertama, sebuah akar diberi afiksasi dulu baru kemudian diulang atau di reduplikasi.Misalnya, pada akar “lihat” mula-mula diberi prefiks me- menjadi “melihat”, kemudian baru diulang menjadi “melihat-lihat”.
Kedua, sebuah akar direduplikasikan dulu, baru kemudian diberi afiks.Misalnya akar jalan mula-mula diulang menjadi jalan-jalan.Baru kemudian diberi prefiks ber- menjadi berjalan-jalan.
Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan. Misalnya, pada akar “minggu” diberi prefiks ber- dan proses pengulangannya sekaligus menjadi bentuk berminggu-minggu.
Berikut ini dibicarakan proses itu dengan afiksnya satu persatu :
(1) Akar berprefiks ber-
Ada dua macam pengulangan berprefiks ber-
a. Pada akar mula-mula diimbuhkan prefiks ber-, lalu dilakukan pengulangan sebagian dan yang diulang hanya akarnya saja. Contoh :
Berlari-lari (dari ber+lari)
Berteriak-teriak (dari ber+ teriak)
Berjalan-jalan (dari ber+ jalan)
Berputar-putar (dari ber + putar)
Berseru+seru (dari ber+ seru)
b. Pengulangan dilakukan serentak dengan pengimbuhan prefiks ber-, contoh :
Berhari-hari
Bermeter-meter
Berliter-liter
Berkarung-karung
Berton-ton
Mengapa proses prefiksasi ber- dan proses reduplikasi dikatakan sekaligus? Karena bentuk bermeter dan meter-meter tidak berterima. Bentuk hari-hari, minggu-minggu, dan bulan-bulan memang berterima, tetapi bentuk-bentuk ini merupakan bagian-bagian dari reduplikasi sintaksis
(2) Akar berkonfiks ber-an
Akar berkonfiks ber-an seperti pada kata “berlarian” dan “berkejaran” direduplikasikan sebagian, yaitu hanya akarnya saja. Misalnya :
Berlari-larian (dari berlarian)
Berkejar-kejaran (dari berkejaran)
Berpeluk-pelukan (dari berpelukan)
Bertangis-tangisan (dari bertangisan)
Bersenggol-senggolan (dari bersenggolan)
(3) Akar berprefiks me-
Akar berprefiks me- pada kata menembak dan menari direduplikasikan hanya akarnya saja. Tetapi ada dua macam cara. Pertama, yang bersifat progresif artinya, pengulangan kea rah depan atau ke arah kanan, dan kedua yang bersifat regresif, artinya pengulangan ke arah kiri. Contoh kelompok (a) bersifat progresif dan kelompk (b) bersifat regresif.
(a) Menembak-nembak (dasar menembak)
Menari-nari (dasar menari)
Mengulang-ulang (dasar mengulang)
Melihat-lihat (dasar melihat)
(b) Tembak-menembak (dasar menembak)
Pukul-memukul (dasar memukul)
Tending-menendang (dasar menendang)
Disamping itu di dalam jumlah yang terbatas ada juga proses pemberian prefiks me- yang dilakukan sekaligus dengan proses reduplikasi. Misalnya
Mengada-ada
Mengagak-agak
Bentuk mengada dan ada-ada, serta bentuk mengagak dan agak-agak tidak berterima.
(4) Akar berklofiks me-kan
Akar berklofiks me-kan seperti kata membedakan, membesarkan dan melebihkan direduplikasikan hanya akarnya saja, misalnya :
Membeda-bedakan (dari membedakan)
Membesar-besarkan (dari membesarkan)
Melebih-lebihkan (dari melebihkan)
(5) Akar berklofiks me-I
Akar berklofiks me-I seperti pada kata menulisi dan mengurangi direduplikasikan hanya akarnya saja, misalnya :
Menulis-nulisi (dari menulisi)
Mengurang-ngurangi (dari mengurangi)
Melempar-lempari (dari melempari)
(6) Akar berprefiks pe-
Akar berprefiks pe- seperti pada kata pemuda, Pembina, dan pembaca direduplikasikan secara utuh, misalnya :
Pemuda-pemuda
Pembina-pembina
Pembaca-pembaca
(7) Akar berkonfiks pe-an
Akar berkonfiks pe-an seperti pada kata pembangunan dan penjelasan direduplikasikan secara utuh, misalnya :
Pembangunan-pembangunan
Penjelasan-penjelasan
Pembinaan-pembinaan
Bentuk-bentuk reduplikasi itu boleh digunakan tetapi tampaknya lebih baik menggunakan adverbial semua, seluruh, dan sejumlah bila ingin menyatakan plural.Misalnya :
Semua pembangunan
Sebagian penjelasan
Seluruh pembinaan
(8) Akar berkonfiks per-an
Akar berkonfiks per-an seperti pada kata peraturan, perindustrian dan perdebatan bila direduplikasikan haruslah secara utuh. Misalnya :
Peraturan-peraturan
Perindustrian-perindustrian
Perdebatan-perdebatan
Bentuk-bentuk reduplikasi itu boleh saja digunakan, tetapi tampaknya pengunaan adverbial semua, seluruh, sebagian, dan sebagainya lebih baik daripada penggunaan bentuk redupliksinya.Misalnya :
Semua peraturan
Beberapa perindustrian
Banyak perdebatan
(9) Akar bersufiks –an
Akar bersufiks –an ada dua pereduplikasiannya, pertama dengan mengulang secara utuh bentuk bersufiks –an itu : dan kedua mengulang akarnya saja yang sekaligus disertai dengan pengulangannya. Kelompok (a) berikut adalah contoh cara pertama kelompk (b) adalah contoh cara kedua.
(a) Bangunan-bangunan
Aturan-aturan
Latihan-latihan
(b) Obat-obatan
Biji-bijian
Batu-batuan
Disamping dua cara diatas masih ada satu cara lagi yang kurang produktif, yakni dengan mengulang sebagian (hanya suku pertama dari akar). Contoh :
Bebatuan
Pertumbuhan
(10) Akar berprefiks se-
Akar berprefiks se- ada dua macam cara reduplikasinya. Pertama, diulang secara utuh, dan kedua hanya mengulang bentuk akarnya saja. Kelompok (a) contoh cara pertama kelompk (b) adalah contoh kelompok kedua. Misalnya :
(a) Sedikit-sedikit
Seorang-seorang
Sekali-sekali
(b) Sekali-kali
Sebaik-baik
Sepandai-pandai
(11) Akar berprefiks ter-
Akar berprefiks ter- seperti pada kata terbawa, tersenyum, dan tertawa direduplikasikan hanya akarnya saja.Misalnya :
Terbawa-bawa
Tersenyum-senyum
Tertawa-tawa
(12) Akar berkonfiks se-nya
Akar berkonfiks se-nya seperti pada kata secepatnya, sebaliknya, dan sedapatnya direduplikasikan hanya akarnya saja.Contoh :
Secepat-cepatnya
Sebaik-baiknya
Sedapat-dapatnya
(13) Akar berkonfiks ke-an
Akar berkonfiks ke-an seperti pada keraguan, kemurahan, dan kebiruan direduplikasikan hanya akarnya saja, sedangkan konfiks ke-an melingkupi bentuk perulangan itu. misalnya :
Keragu-raguan
Kemerah-merahan
Kebiru-biruan
(14) Akar berinfiks (-me, el-, -er, m-)
Akar berinfiks direduplikasikan sekaligus dalam pengimbuhan infiks dan proses reduplikasi. Proses ini tampaknya tidak prosuktif. Contoh :
Tali-temali
Sinar-seminar
Getar-geletar
e) Reduplikasi kompositum
(Abdul Chaer, 2008 : 189) Kompositium, gabungan kata, kata majemuk secara umum dapat dibedakan atas (a) yang kedua unsurnya sederajat, seperti tua muda, ayam itik, dan tikar bantal. Dan (b) yang kedua unsurnya tidak sederajat seperti rumah sakit, surat kabar, dank eras kepala. Reduplikasi terhadap dasar kompositium dilakukan dalam du acara, pertama dilakukan secara utuh dan kedua, dilakukan secara sebagian.
Reduplikasi secara utuh dilakukan terhadap (a) kompositium yang kedua unsurnya sederajat dan (b) kompositium yang kedua unsurnya tidak sederajat tetapi memiliki makna idiomatical. Berikut contoh reduplikasi secara utuh :
- ayam itik-ayam itik
- Kasur bantal-kasur bantal
- tua muda-tua muda
Reduplikasi sebagian dilakukan terhadap kompositium yang kedua unsurnya tidak sederajat dan tidak bermakna idiomatical.Contoh :
- surat-surat kabar
- rumah-rumah sakit
- buku-buku agama
Bentuk-bentuk diatas hanya hanya diulang sebagian, karena kedua unsurnya tidak memiliki makna idiomatical.Kedua unsurnya membangun makna gramatikal. Dalam hal ini sebenarnya ada tiga catatan yang perlu diperhatikan, yaitu :
Pertama, dalam tata bahasa tradisional gabungan kata (entah apa maknanya) harus direduplikasikan secara utuh karena dianggap sebagai sebuah kata.
Kedua, gabungan kata yang kedua unsurnya tidak sederajat dan tidak bermakna idiomatical, boleh saja direduplikasikan sebagian karena ada kaidah yang membolehkan dilakukan hanya sebagian.
Ketiga, sesungguhnya bentuk-bentuk kompositium tidak perlu direduplikasikan.Kalau hanya bertujuan mendaptkan makna plural, seperti semua, banyak, beberapa, sejumlah, dan sebagainya.Contoh :
- banyak rumah sakit
- beberapa surat kabar
- semua jamaah haji
f) Reduplikasi dasar nomina
(Abdul Chaer, 2008 : 191) Secara morfologis nomina dapat berbentuk akar, bentuk berprefiks pe-, bentuk berprefiks ke-, bentuk berkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks per-an, bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks –an, dan berupa gabungan kata. Dasar nomina bila direduplikasikan anatara lain. Akan melahirkan makna gramatikal yang menyatakan:
1. Banyak
2. Banyak dan bermacam-macam
3. Banyak dengan ukuran tertentu
4. Menyerupai atau seperti
5. Saat atau waktu
Bagaimana bentuk dasar dan bentuk reduplikasi yang melahirkan makna gramatikal tersebut dibicarakan di bawah ini :
a. Dasar nomina, baik yang berupa akar, bentuk berperefiks pe-, bentuk berprefiks ke-, bentuk berkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks per-an, bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks –an, dan berupa gabungan kata, apabila direduplikasikan akan memiliki makn gramatikal “banyak” kalau memiliki komponen makna (+terhitung). Misalnya :
- Pemda akan menggusur rumah-rumah tanpa IMB itu
- Ketua-ketua kelas harus melapor kepada kepala sekolah
- Peraturan-peraturan daerah itu harus ditinjau lagi
b. Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal “banyak dan bermacam-macam”, apabila memiliki komponen makna (+ berjenis). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian sufiks-an. Misalnya :
- dulu di daerah pasar minggu banyak buah-buahan
- Indonesia akan mengirim obat-obatan ke libanon
- kedelai termaksud tanaman kacang-kacangan
c. Dasar nomina, khususnya dalam bentuk dasar, bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal “banyak dengan satuan tertentu” , apabila memiliki komponen makna (+ukuran) atau (+takaran). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian prefiks ber-. Misalnya :
- kami sudah berhari-hari belum makan
- berliter-liter bengsin terbuang percuma akibat kemacetaan itu
- berhektar-hektar hutan di Kalimantan terbakar hangus
d. Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal “menyerupai” atau “seperti”, apabila memiliki komponen makna (+ bentuk tertentu) atau (+ sifat tertentu). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian sufiks –an, misalnya :
- adik menangis minta dibelikan mobil-mobilan
- anak laki-laki suka bermain perang-perangan
- anak-anak perempuan senang bermain rumah-rumahan
e. Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, apabila direduplikasikan akan memiliki makn gramatikal “saat” atau “waktu”, apabila memiliki komponen makna (+ saat). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan dengan perulangan utuh, misalnya :
- malam-malam begini kamu mengapa datang kesini?
- pagi-pagi sekali dia sudah berangkat kerja
- mau kemana kamu siang-siang begini?
g) Reduplikasi dasar verba
(Abdul Chaer, 2008 : 194) Secara morfologis verba dapat berbentuk akar, berprefiks ber-, berkonfiks ber-an, berprefiks me- inflektif dan deritatif, berprefiks di- deritatif, berprefiks ter- inflektif dan derivatif, berkonfiks me-kan inflektif, berklofiks di-kan inflektif, berklofiks ter-kan inflekstif, berkonfiks me-i inflektif, berklofiks di-i inflektif, berklofiks ter-i inflektif, berprefiks ter- inflektif dan derivatif, berprefiks ke- dan berkonfiks ke-an. Namun tidak semua bentuk verba itu direduplikasikan. Tampaknya dapat tidaknya reduplikasi itu tergantung pada komponen makna yang dimiliki oleh kata yang menjadi dasar itu.
Makna gramatikal yang dapat dihasilkan dalam proses reduplikasi terhadap dasar verba ini, antara lain adalah menyatakan :
1) Kejadian berulang kali
2) Kejadian berintensitas
3) Kejadian berbalasan
4) Dilakukan tanpa tujuan (dasar)
5) Hal tindakan
6) Begitu (dasar)
Bentuk dasar dan makna reduplikasi yang terjadi pada dasar verba ini dibicarakan dibawah ini :
a. Dasar verba apabila di reduplikasikan akan memiliki makna gramatikal “kejadian” (tindakan) berulang kali, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (- durasi). Contoh :
- Dari tadi beliau marah-marah terus
- Jangan menembak-nembak sembarangan
- Mereka berlompat-lompatan ke segala arah
Dari contoh di atas dapat diliha bahwa :
- Dasarnya dapat berupa akar (marah), berupa kata berprefiks me- (menembak, menendang, dan melirik) dan berupa kata berkonfiks ber-an (berlompatan)
- Dasar yang semula memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (-durasi) setelah direduplikasikan menjadi kata yang memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+durasi)
b. Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal “kejadian berintensitas”, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+durasi). Contoh :
- Kami berjalan-jalan mengelilingi kebun raya bogor
- Mereka berlari-lari di halaman sekolah
- Anak-anak itu bermain-main di pinggir jalan
c. Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal “berbalasan”, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (-durasi) serta dalam bentuk berprefiks me- regresif. Contoh :
- Terjadi tembak-menembak antara gerilyawan palestina dan tentara Israel
- Kecam-mengecam terjadi antara kedua pihak yang bertikai
d. Dasar verba, apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal dilakukan tanpa tujuan (dasar), apabila dasar itu memiliki komponen makna (+ durasi). Contoh :
- Sehabis ujian kami makan-makan di restoran itu
- Mari kita duduk-duduk di depan taman
e. Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal “hal me..”, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+durasi) serta dalam bentuk reduplikasi berprefiks me- regresif. Contoh :
- Menerima pekerjaan ketik-mengetik
- Dalam soal tari-menari di memang ahlinya
f. Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal “begitu (dasar)”, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+saat). Contoh :
- Rupanya dia lapar sekali, pulang-pulang minta makan
- Saya tidak sadar, tahu-tahu dia sudah berada di depanku
h) Reduplikasi dasar ajektifa
(Abdul Chaer, 2008 : 196) Ajektifa sebagai bentuk dasar dalam proses reduplikasi dapat berupa akar seperti merah dan tinggi, dapat berupa kata turunan ke-an seperti kemerahan dan kehijauan, dan dapat berupa kata gabung seperti merah darah dan kuning telur namun, yang lazim direduplikasikan adalah bentuk akar.
Reduplikasikan pada dasar ajektifa dapat menghasilakan :
1. Banyak yang (dasar)
2. Se (dasar) mungkin
3. Hanya yang (dasar)
4. Sedikit bersifat (dasar)
5. Meskipun (dasar)
6. Semua (dasar) dengan
7. Intensitas
Makna gramatikal reduplikasi sangat tergantung pada konteks kalimatnya.
a. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilakan makna gramatikal “banyak yang dasar” jika bentuk dasar memiliki makna (+keadaan) dan (+ukuran). Contoh :
- Ikannya masih kecil-kecil, jangan ditangkap dulu
- Murid-murid disekolah itu, memang nakal-nakal
b. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal, “se (dasar) mungkin” jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran). Contoh :
- Buka jendela itu lebar-lebar
- Bunag jauh-jauh pikiran seperti itu
c. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal “ hanya yang (dasar)” jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran). Contoh :
- Ambil baik-baik, tinggalkan yang buruk-buruk
- Kumpulkan buah itu yang besar-besar saja
d. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal “sedikit bersifat (dasar)” jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+warna). Contoh :
- Dari jauh air laut tampak kebiru-biruan
- Warna bajunya putih kehijau-hijauan
e. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan maknagramatikal “meskipun (dasar)” jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+sikap). Contoh :
- Jauh-jauh saya datang, tetapi orangnya tidak ada
- Kecil-kecil berani dia melawan preman itu
f. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal “sama (dasar) dengan” jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran). Contoh :
- Truk sebesar-besar gajah merusak jalan lingkungan di daerah kami
- Nyamuk di situ gede-gede lalat hijau
g. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal “intensitas” jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran). Contoh :
- Kamu jangan membesar-besarkan masalah yang sepeleh ini
- Dia memang sengaja menjelek-jelekan nama kita
i) Reduplikasi dasar kelas tertutup
(Abdul Chaer, 2008 : 199) Reduplikasi dasar kelas tertutup adalah kata-kata yang keanggotaannya sukar bertambah atau berkurang.Dan jumlah keanggotaaanya relative terbatas.Yang termaksud kelas tertutup adalah, kelas adverbia, pronomina, numeralia, konjungsi, artikulus, dan intereksi.
1. Reduplikasi dasar adverbial negasi
Kosa kata adverbia negasi adalah bukan, tidak, tak dan tiada. Yang terlibat dalam proses reduplikasi hanya bukan dan tidak. Bentuk tak dan tiada terlibat dalam proses itu. perhatikan contoh berikut :
- Disini kamu jangan bicara yang bukan-bukan
- Disini kamu jangan bicara yang tidak-tidak
- Anak itu selalu menangis meminta yang bukan-bukan
- Anak itu selalu menangis meminta yang tidak-tidak
Dari contoh diatas tampak bahwa bentuk reduplikasi bukan-bukan dan tidak-tidak mempunyai distribusi yang sama alias dapat dipertukarkan.
2. Reduplikasi dasar adverbia larangan
Kosakata adverbia lararngan adalah jangan dan tidak boleh, yang berkeenaan dengan reduplikasi adalah “jangan”.Contoh :
- Hari ini dia tidak masuk sekolah, kemarin dia juga tidak masuk, jangan-jangan dia sakit.
Dari contoh diatas tampak bahwa bentuk reduplikasi jangan-jangan tidak lagi berkenaan dengan “larangan”, melainkan telah berubah menjadi konjungsi intrakalimat yang menyatakan hubungan antara klausa dengan makna menghubungkan menyatakan rasa khawatir.
3. Reduplikasi dasar adverbial kala
Kosakata adverbial kala adalah kata sudah dan telah untuk menyatakan kata lampau;sedang, tengah, dan lagi untuk menyatakan kala kini; akan dan mauuntuk menyatakan kala yang akan datang. Contoh : kalau mengingat yang sudah-sudah kami memang kasihan kepadanya.
4. Reduplikasi dasar adverbial keharusan
Kosakata adverbial keharusan adalah barangkali, kali dan mungkin yang menyatakan kemunginan; mau, ingin dan hendak yang menyatakan keinginan; dan boleh yang menyatakan kebolehan.Sebagai adverbial keharusan yang terlibat dalam reduplikasi adalah kali,mau dan boleh.Contoh : mari kita singgah ke rumah beliau, kali-kali saja beliau ada di rumah.
5. Reduplikasi dasar adverbial jumlah
Kosakata adverbial jumlah adalah banyak, sedikit, lebih, kurang dan cukup. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi. Contoh : setelah diberi gula harus diberi air banyak-banyak.
6. Reduplikasi dasar adverbial taraf
Kosakata adverbial taraf adalah agak, sangat, amat, sekali, sedang, kurang dan paling. Yang terlibat pada proses reduplikasi hanyalah agak dan paling.Contoh : harganya paling-paling seribu rupiah.
7. Reduplikasi dasar adverbial frekuensi
Kosakata adverbial frekuensi adalah sekali, sering, jarang, dan lagi.Semuanya terlibat dalam reduplikasi.Contoh :sekali-sekali dia juga datang kesini.
8. Reduplikasi dasar adverbial Tanya
Kosakata adverbial Tanya adalah apa, siapa, berapa, mana, kenapa, mengapa, dan bagaimana. Semua termasuk proses reduplikasi kecuali mengapa dan bagaimana. Contoh : belum apa-apa dia sudah menangis.
9. Reduplikasi dasar pronominal persona
Kosakata pronominal persona adalah saya dan akusebagai orang pertama tunggal; kami sebagai orang pertama jamak eksklusif; kita sebagai orang pertama jamak insklusif; kamu, engkau, dan anda sebagai orang kedua tunggal; kalian dan kamu sekalian sebagai orang kedua jamak; dia, ia dan beliau sebagai orang ketiga tunggal; dan mereka sebagai orang ketiga jamak. Semuanya terlibat reduplikasi.Contoh :kami-kami ini sering membantu pekerjaan beliau.
10. Reduplikasi dasar pronominal demonstratifa
Kosakata pronominal demonstratifa adalah ini, itu, begini, dan begitu.Semua terlibat reduplikasi.Contoh : mengapa yang ini-ini kamu tuntut.
11. Reduplikasi dasar numeralia
Kosakata numeralia yang terlibat dalam reduplikasi adalah bilangan bulat satu, dua, tiga,……….seribu. juga bilangan sepertiga, setengah dll.contoh : anak-anak itu dibariskan dua-dua.
12. Reduplikasi dasar konjungsi koordinatif
Kosakata koordinatif adalah dan yang menyatakan gabungan; serta menyatakan kesertaan; tetapi , namun dan melainkan yang menyatakan kebalikan; bahkan dan malah(an) yang menyatakan penguatan; kemudian, setelah, sesudah,dan lalu yang menyatakan hubungan waktu. Semuanya tidak terlibat dalam proses reduplikasi. Memang ada bentuk lalu-lalu seperti dalam kalimat : kita tidak perlu mengingat kejadian yang lalu-lalu.
13. Reduplikasi dasar konjungsi subordinatif
Kosakata subordinatif adalah karena, sebab, asal, dan lantaran yang menyatakan sebab; kalau, jika, jikalau, andai, andaikata, dan seandainya yang menyatakan persyaratan; meski(pun), biar(pun), walau(pun), kendati(pun) yang menghubungkan menyatakan penguatan; hingga, sehingga, dan sampai yang menghubungkan menyatakan batas; dan kecualiyang menyatakan perkecualian. Yang terlibat dalam reduplikasi adalah kalau, andai, dan sampai.Contoh : mari kita ke kebun, kalau-kalau ada durian runtuh.
2.6 Komposisi Dalam Bahasa Indonesia
1. Komposisi
(Abdul Chaer, 2008:208-234) Komposisi adalah proses pengabungan dasar dengan dasar (biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu ‘konsep’ yang belum tertampung dalam sebuah kata. Proses komposisi ini dalam Bahasa Indonesia merupakan satu mekanisme yang cukup penting dalam pembentuksn dan pengayaan kosakata. Contoh : kata ‘merah’, yaitu salah satu warna. Namun, dalam kehidupan warna merah itu tidak semacam, ada warna mewah darah, merah delima, merah jambu, dan sebagainya. Contoh lain, Bahasa Indonesia memiliki kata ‘rumah’ untuk mewadahi ‘bangunan tempat tinggal’; namun, dalam kehidupan kita ada konsep ‘bangunan tempat menggadaikan’, maka terbentuklah komposisi rumah gadai.
Komposisi dalam peristilahan
Untuk pembicaraan komposisi, Fokker (1951) menggunakan istilah kelompokkata, yang dibedakan atas kelompok longgar dan kelompok erat.Dengan kelompok longgar dimaksudkan untuk kelompok kata yang hubungan atara unsur-unsurnya bersifat tidak mengikat.
Dalam pembicaraan komposisi C.A. Maes (1957) menggunakan istilah kata majemuk dan aneksi.Dengan istilah kata majemuk dimaksudkan untuk gabungan kata yang memiliki makna idiomatik. Persis sama dengan yang digunakan Alisyahbana. Sedangkan istilah ineksi dimaksud untuk menyebut gabungan kata yang maknanya masih dapat ditelusuri secara grametikal, seperti lukisan yusisf memiliki makna “lukisan milik yususf” atau “ lukisan buatan yususf”. Jadi C.A. ,Mees menggunakan istilah kata majemuk untuk komposisi yang bermakna idiomatik, dan aneksi untuk komposisi yang bukan bermakna idiomatik.
Aspek semantik komposisi
Sudah disebutkan di muka bahwa tujuan utama membentuk komposisi adalah untuk menampung atau mewadai konsep-konsep yang ada dalam kehidupan kita tetapi belum ada wadahnya dalam bentuk sebuah kata.
Konsep-konsep ini dapat dibedakan adanya lima macam komposisi yaitu :
1. Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat, sehingga membentuk komposisi yang koordinatif. Makna gramatikal hasil penggabungan koordinatif bisa ‘dan’ bisa juga ‘atau’ tergantung pada konteks kalimatnya, bisa juga bermakna idiomatic.
- Contoh lain:
• Baca tulis ‘baca dan tulis’
• Pulang pergi ‘pulang dan pergi’
• Makan pakai ‘makan dan pakai’
• Cantic molek ‘cantik dan molek’
• Tua muda ‘tua dan muda’
• Jauh dekat ‘jauh dan dekar’
• Tikar bantal ‘tikar dan bantal’
• Sawah ladang ‘sawah dan ladang’
2. Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungtidak sederajat, sehingga melahirkan komposisi yang subordinatif. Dalam komposisi ini unsusr pertama merupakan unsur utama dan unsur kedua merupakan unsur penjelas. Contoh lain, dasar sate digabungkan dengan dasar Madura menjadi komposisi sate Madura yang bermakna grametika ‘sate yang berasal dari madura’ dan dasar sate digabungkan dengan dasar lontong menjadi komposisi sate lontong yang bermakna grametikal ‘sate dengan campuran lontong’
3. Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang maknanya sudah pasti, sudah tentu, meskipun bebas dari konteks kalimatnya, karena istilah dalam komposisi ini tidak ditentukan oleh hubungan kedua unsurnya, melainkan ditentukan oelh keseluruhannya.
a. Istilah olahraga :
• Tolak peluru, angkat besi, terjun payung, terbang layang, belap sepeda
b. Istlah linguistic
• Fonem vokal, morfem bebas, frase endosentik, klausa verbal, kalimat inti
c. Istilah politik
• Suaka politik, hak angket, hak pilih, hak prerogative, siding paripurna
d. Istilah pendidikan
• Buku ajar, tahun ajar, guru bantu, model pembelajaran, tenaga kependidikan
e. Istilah agama (islam)
• Hadis sahih, ayat kursi, ayat kursi,wali hakim, zakat fitra,ibadah haji
4. Komposisi pembentuk idiom, yakni pengagbungan dasar dengan dasar yang diprediksi makna idiomatic, yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun grametikal. Misalnya kompoisis ‘meja hijau’ dengan makna ‘pengadilan’. Berikut adalah contoh komposisi idiomatic lainnya:
• Memeras keringan ‘bekerja keras’
• Membanting tualng ‘bekerja keras’
• Menjual gigi ‘tertawa keras-keras’
• Beratap seng ‘sudah tua’
• Bau kencur ‘(masih) kanak-kanak’
5. Komposisi yang menghasilkan nama, yakni yang mengacu pada sebuah maujud dalam dunia nyata, misalnya, Griya Matraman, Stasiun Gambir dan Selat Sunda.
Pengembangan komposisi
(Abdul Chaer, 2008 : 215) Maksud utama pembentukan komposisi adalah untuk mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan nyata tetapi belum ada kosakatanya dalam bentuk tunggal. Pada tahap awal tentunya komposisi baru berupa penggabungan duah buah dasar, seperti dasar kereta denagn dasar apimenjadi komposisi kereta api. Namun dengan berkembangnya teknologi dan budaya kereta api dapat di gabungkan lagi dengan dasar ekspres sehingga menjadi kereta ekspres.
Dilihat dari segi simantik, semakin luas komposisi itu maka maknanya semakin “sempit”. Kita simak, kata kereta mencakup semua jenis kereta: termaksud semua jenis kereta kuda, kereta apai dan lain-lain.
2. Komposisi Nominal
(Abdul Chaer, 2008 : 216) Komposisi nominal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori nominal. Misalnya komposisi kakaek nenek dan baju baru pada kedua kalimat berikut:
• Kakek nenek pergi berlebaran
• Mereka memakai baju baru
Sebagai fungsi subjek komposisi kakek nenek berkategori nomina: dan sebagai pengisi fungsi objek komposisi baju baru juga berkategori nomina.
Komposisi nomina dapat dibentuk dari dasar:
1. Nomina+nomina, seperti kakek nenek, meja kayu.
2. Nomina+verba, seperti meja makan, buku ajar
3. Nomina+ajektiva, seperti guru muda, mobil kecil
4. Abverbia+nomina,seperti bukan uang, banyak buaya, beberapa murid.
Komposisi nominal bermakna gramatikal
Makna grametika adalah makna yang muncul dalam proses penggabungan dasar dengan dasar dalam pembentukan sebuah komposisi. Makna grametikal yang muncul dalam proses pembentukan komposisi nominal antara lain adalah makna yang menyatakan:
Menyatakan gabungan biasa sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan. Makna grametikal “gabungan biasa” ini akan terjadi apabila kedua unsurnya memiliki komponen makna:
a. (+pasangan antonym relasional), misalnya ayah,ibu
b. (+anggota dari satu medan makna) misalnya topan badai
Komposisi nominal bermakna idiomatic
Ada sejumlah komposisi nominal memiliki makna idiomatic, baik berupa idiom penuh maupun berupa idiom sebagian.Yang berupa ididom penuh artinya, seluruh komposisi itu memiliki makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun secara grametikal. Misalnya:
• Orang tua, dalam arti “ayah ibu”
• Kambing hitam dalam arti “orang yang dipersalahkan”
• Kumis kucing “artinya “sejenis tanaman obat
Komposisi nominal metaforis
Ada sejumlah nominal yang salah satu unsurnya digunakan secara metaforis , yakni dengan mengambil salah satu komponen makna yang dimiliki oleh unsur tersebut.
Contoh komposisi nominal :
• Kaki mobil
• Catatan kaki
• Kepala surat
Komposisi nominal nama dan istilah
Ada sejumlah komposisi nominal yang berupa nama atau istilah. Sebagian nama atau istilah komposisi ini tidak bermakna grametikal, tida bermakna idiiomatik, juga bermakna metaforis. Contohnya:
• Nama :
Hotel Indonesia
IKIP Jakarta
Apotik Rini
• Istilah
Buku ajar
Lepas landas
Suku cadang
Komposisi nominal dengan adverbial
Makna komposisi jenis ini ditentukan oleh makna leksikal dari kata abverbia itu.abverbia yang mendampingi nominal adalah, abverbia yang menyatakan negasi,yaitu bukan, tiada dan tanpa: dan abverbia yang menyatakan jumlah, yaitu beberapa, banyak,sedikit, sejumlah, jarang, kurang. Contohnya :
• bukan anjing
• tiada air
• tanpa uang
3. Komposisi Verbal
(Abdul Chaer, 2008 : 225) Yang dimaksud dengan komposisi verba adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal. Misalnya komposisi menyanyi menari dan datang pada kalimat berikut:
• Mereka menyanyi menari sepanjang malam
Sebagai pengisi fungsi predikat komposisi menyanyi menari dan datang menghadap kategori verba, komposisi dapat di bentuk dari dasar:
a. Verba+verba, seperti menyanyi dan menari
b. Verba+nomina seperti gigit jari
c. Verba+ajektifa, seperti lompat tinggi
d. Abverbia+verba seperti sudah makan
4. Komposisi Ajektival
(Abdul Chaer, 2008 : 231)Yang dimaksud komposisi ajektival adalah komposisi yang ada pada satuan klausa,berktegori ajektiva,ccontoh komposisi cantic molek dan kaya miskin dalam klausa berikut:
• Gadis yang cantic molek itu duduk termenung
• Kaya miskin di hadapan Allah sama saja
Komposisi ajektifal dapat di bentuk dari dasar :
• Ajektifa+ajektifa,seperti tua muda,
• Ajektifa+nomina, seperti merah darah
• Ajektifa+verba,seperti takut pulang
• Abverbia+ajektifa,seperti tidak berani
2.7 Kata Majemuk
(Masnur, 2008:57) Majemuk atau komposisi adalah peristiwa bergabungnya 2 morfem dasar atau lebih secara padu dan menimbulkan arti yang relative baru.
Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang memiliki struktur tetap dan tidak dapat di sisipi kata lain. Menurut pendapat Ramlan (1985) kata majemuk adalah suatu kata baru yang meruoakan gabungan dua kata sebagai unsurnya.
Perbedaan kata majemuk berdasarkan cara penulisannya:
1. Kata majemuk senyawa
Kata majemuk senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisannya dirangkaikan. Seolah-olah telah melenur menjadi satu kata baru.Misalnya : matahari, hulubalang, bumiputra, dan lain-lain.
2. Kata majemuk tak-senyawa
Kata majemuk tak-senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisan morfem-morfem dasarnya tetap terpisah. Misalnya : sapu tangan, kumis kucing, cerdik pandai, dan lain-lain.
Perbedaan kata majemuk berdasarkan kelas kala pembentuknya :
1. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda+kata benda. Misalnya : kapal udara, anak emas, sapu tangan, dan lain-lain.
2. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda+kata kerja. Misalnya : kapal terbang, anak pungut, meja makan, dan lain-lain.
3. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda+kata sifat. Misalnya : oraang tua, rumah sakit, pejabat tinggi, dan lain-lain.
4. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat+kata benda. Misalnya : panjang tangan, tinggi hati, keras kepala, dan lain
Pengertian Proses Pengulangan Atau Reduplikasi
Beberapa pengertian reduplikasi menurit beberapa pakar yaitu :
(KBBI, 2008:1153) “ Proses pengulangan atau reduplikasi adalah proses atau hasil pengulangan kata atau unsur kata, seperti kata rumah-rumah, tetamu, bolak-balok”
(Hasan Alwi, 2003) “ Reduplikasi atau pengulangan adalah proses pengulangan kata atau unsur kata. Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun sebagian. Contohnya adalah “anjing-anjing”, “laki-laki”, “sayur-mayur” dan sebagainya”
(M.Ramlan 2009:65) “ Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan grametikal, baik dengan variasi fonem maupun tidak, contoh: rumah-rumahan, berjalan-jalan, bolak-balik dan sebagainya”
(Masnur, 2008:48) “ Reduplikasi adalah proses pengulangan yang bertujuan untuk membentuk kata”
Jadi dapat di simpulkan bahwa :
Proses Redublikasi atau pengaulangan adalah pengulangan satuan grametikal, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang merupakan bentuk dasar.Misalnya kata “rumah-rumah” dari bentuk dasar “rumah”. Kata ulang “perumahan-perumahan” dari bentuk dasar “perumahan”, kata ulang “jalan-jalan” dibentuk dasar “berjalan”, kata ulang “bolak-balik” dari bentuk dasar “balik”.
2.2 Ciri-Ciri Proses Pengulangan Atau Reduplikasi
Ciri-ciri proses Reduplikasi atau pengulangan adalah:
1. Menimbulkan makna gramatis
2. Terdiri lebih dari satu morfem
3. Selalu memiliki bentuk dasar
4. Pengulangan pada umunya tidak mengubah golongan kata ulang berkelas kata benda, bentuk dasarnyapun berkelas kata benda. Begitu juga berkelas kata kerja, bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja.
5. Bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pakaian Bahasa. Maksud dalam pemakaiaan Bahasa adalah dapat di pakai dalam konteks kalimat.
2.3. Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang
Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang.Satuan yang diulang itu disebut dasar.Sebagian kata ulang dengan mudah dapat di tentukan bentuk dasarnya.
Misalnya:
- Rumah-rumah : bentuk dasarnya rumah
- Pemikiran-pemikiran : bentuk dasarnya pemikiran
- Kebaikan-kebaikan : bentuk dasarnya kebaikan
Tetapi tidak semua kata ulang bisa di tentukan bentuk dasarnya.Dari pengamatan, dapatlah dikemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar bagi kata ulang.
a. Pengulangan pada umunya tidak mengubah golongan kata, misalnya :
- Berkata-kata (kata kerja) : bentuk dasarnya berkata (kata kerja)
- Tersenyum-senyum (kata kerja) : bentuk dasarnya tersenyum (kata kerja)
- Pukul-memukul (kata kerja) : bentuk dasarnya memukul (kata kerja)
b. Bentuk dasar selalu berupa satuan yang dapat yang terdapat dalam penggunaan Bahasa misalnya:
- Mengata-ngatakan : bentuk dasarnya mengatakan bukan “mengata”
- Berdesak-desakan : bentuk dasarnya berdesakan bukan “berdesak”
- Memperkata-katakan : bentuk dasarnya memeperkatakan bukan “memperkata”
2.4 Macam-Macam Pengulangan
Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat di golongkan menjadi empat golongan :
1. Pengulangan seluruh
Yaitu pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinsi dengan proses pembubuhan afiks, misalnya :
Sepeda : bersepeda kebaika: kebaikan-kebaikan
Buku : buku-buku
2. Pengulangan sebagian
Yaitu pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya.Disini bentuk dasarnya tidak diulang seluruhnya.Hampir semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks.Misalnya :
a. Bentuk meN-
Mengambil : mengambil-ambil
Membaca : membaca-baca
Menjalankan : menjalan-jalankan
b. Bentuk di-
Diusai : diusai-usai
Ditarik : ditarik-tarik
Dikemasi : dikemas-kemasi
c. Bentuk ber-
Berjalan : berjalan-jalan
Bertemu : bertemu-temu
Bermain : bermain-main
d. Bentuk ter-
Terbatuk : terbatuk-batuk
Terbentur : terbentur-bentur
Terjatuh : terjatuh-jatuh
e. Bentuk ber-an
Berlarian : berlari-larian
Berjauhan : berjauh-jauhan
Berdekatan : berdekat-dekatan
f. Bentuk –an
Minuman : minum-minuman
Makanan : makan-makanan
Sayuran : sayur-sayuran
g. Bentuk ke-
Kedua : kedua-dua
Ketiga : ketiga-tiga
3. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
Dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama pula mendukung satu fungsi. Misalnya :
Lauk : lauk-pauk
Ramah ; ramah-tamah
Sayur : sayur-mayur
4. Dwilingga
Kata ulang dwilingga adalah kata yang dibentuk dari pengulangan bentuk dasar yang disertai perubahan salah satu fonemnya(bisa berupa fonem vokal maupun fonem konsonan). Misalnya :
1. Perubahan vokal
Gerak : gerak-gerik
Balik : bolak-balik
2. Perubahan konsonan
Sayur : sayur-mayur
Cerai : cerai-berai
5. Dwipurwa
Kata ulang dwipurwa adalah kata yang dibentuk dari pengulangan suku pertama dari bentuk dasar.Misalnya :
Tamu-tetamu
Tangga-tetangga
Luhur-leluhur
Jaka-jejaka
6. Kata ulang berimbuhan
Yaitu kata ulang yang dibentuk dari pengulangan kata yang disertai penambahan imbuhan(afiks). Misalnya :
Daun : daun-dedaunan
Ganti : ganti-bergantian
Merah : kemerah-merahan
7. Kata ulang semu
Kata ulang semu yaitu kata yang menurut bentuknya tergolong kata ulang, tetapi sebenarnya bukan kata ulang sebab tidak ada dasar yang diulang.Misalnya :
Kupu-kupu
Kura-kura
Anai-anai
Rawa-rawa
Alun-alun
2.5 Pembagian Reduplikasi Atau Proses Pengulangan
(Abdul Chaer, 2008:178) Proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan vasiasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.Misalnya kata ulang rumah-rumahan dari bentuk dasar rumah.Kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perubahan, kata ulang bolak-balik dari bentuk dasar balik.
(Abdul Chaer, 2008:179-208) pembagian proses pengulangan atau reduplikasi adalah sebagai berikut :
a) Reduplikasi fonologis
Reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal , melainkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi fonologis adalah bentuk bentuk :
• Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk tersebut bukan berasal dari ku, da, pi, cin dan si. Jadi, bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
• Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai dan ani-ani. Bentuk memang jelas sebagai bentuk ulang, yang diulang secara utuh. Namun, dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang mandiri.
• Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, onde-onde dan rama-rama. Bentuk ini jelas sebagai bentuk ulang dan dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi hasil reduplikasinya melahirkan makna gramatikal. Hasil redupliksinya hanya makna leksikal.
• Mondar-mandir, luntang-lantung, lunggang-langgang, kocar-kacir dan teka-teki. Bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah makna leksikal, bukan makna gramatikal. Dalam berbagai buku tata Bahasa tradisional, bentuk ini disebut kata ulang semu.
b) Reduplikasi sintaksis
Reduplikasi sintaksis (Abdul Chaer, 2008 :179-180) adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar , tetapi menghasilkan satuan Bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata. Kridalaksana (1989) menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata’ bukan ;kata ulang’. Contoh :
- Jauh-jauh sekali negeri yang akan kita datangi
- Panas-panas memang rasanya hatiku
c) Reduplikasi semantis
Reduplikasi semantic (Abdul Chaer, 2008 :180) adalah pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu pengetahuan, alim ulama dan cerdik cendekia. Kata ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna yang sama, kata alim dan kata ulama memiliki makna yang sama. Demikian dengan juga kata cerdik dan kata cendekia.
d) Reduplikasi morfologis
Reduplikasi morfologis (Abdul Chaer, 2008 :181) dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan beruoa bentuk kompisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi, dan pengulangan sebagian.
1. Pengulangan akar
Bentuk dasar yang berupa akar memiliki tiga macam bentuk pengulangan yaitu :
1. Pengulangan utuh, artinya bentuk dasar itu diulang tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu. misalnya : meja-meja ( bentuk dasar meja), kuning-kuning (bentuk dasar kuning), makan-makan (bentuk dasar makan), kalau-kalau (bentuk dasar kalau), dan sunguh-sungguh (bentuk dasar sungguh).
2. Pengulangan sebagian, artinya yang diulang dari bentuk dasar itu hanya dari salah satu suku katanya saja (dalam hal ini suku awal kata), disertai dengan “pelemahan” bunyi. Misalnya : leluhur (bentuk dasar luhur), tetangga (bentuk dasar tangga), jejari (bentuk dasar jari), lelaki (bentuk dasar laki), dan peparu (bentuk dasar paru). Bentuk dasar dalam pengulangan sebagian ini dapat juga diulang secara utuh, tetapi dengan perbedaan makna gramatikal, bandingan :
• Leluhur = luhur-luhur
• Tetangga = tangga-tangga
• Jejari = jari-jari
• Lelaki = laki-laki
• Peparu = paru-paru
3. Pengulangan dengan perubahan bunyi, artinya bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi vocalnya dan bisa bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki unsur pertama bisa juga menduduki unsur kedua. Contoh kelompok (a) yang berubah unsur pertamanya dan contoh kelompok (b) yang berubah unsur keduanya.
(a) Bolak-balik
Larak-lirik
Langgak-longgok
Kelap-kelip
Corat-coret
(b) Ramah-ramah
Lauk-pauk
Sayur-mayur
Serba-serbi
Tindak-tanduk
Bentuk-bentuk seperti mondar-mandir, teka-teki, dan luntang-luntung memang tampak seperti reduplikasi perubahan bunyi.Namun, bentuk-bentuk ini merupakan bentuk reduplikasi fonologis karena tidak diketahui bentuk dasarnya dan tidak memiliki makna gramatikal.Melainkan hanya memiliki makna leksikal.
4. Pengulangan dengan infiks, maksudnya sebuah akar diulang tetapi diberi infiks pada unsur ulangnya. Contoh :
Turun-temurun
Tali-temali
Sinar-seminar
Gunung-gemunung
a. Pengulangan dasar berafiks
Disini perlu diperhatikan adanya tiga macam proses afiksasi dan reduplikasi.
Pertama, sebuah akar diberi afiksasi dulu baru kemudian diulang atau di reduplikasi.Misalnya, pada akar “lihat” mula-mula diberi prefiks me- menjadi “melihat”, kemudian baru diulang menjadi “melihat-lihat”.
Kedua, sebuah akar direduplikasikan dulu, baru kemudian diberi afiks.Misalnya akar jalan mula-mula diulang menjadi jalan-jalan.Baru kemudian diberi prefiks ber- menjadi berjalan-jalan.
Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan. Misalnya, pada akar “minggu” diberi prefiks ber- dan proses pengulangannya sekaligus menjadi bentuk berminggu-minggu.
Berikut ini dibicarakan proses itu dengan afiksnya satu persatu :
(1) Akar berprefiks ber-
Ada dua macam pengulangan berprefiks ber-
a. Pada akar mula-mula diimbuhkan prefiks ber-, lalu dilakukan pengulangan sebagian dan yang diulang hanya akarnya saja. Contoh :
Berlari-lari (dari ber+lari)
Berteriak-teriak (dari ber+ teriak)
Berjalan-jalan (dari ber+ jalan)
Berputar-putar (dari ber + putar)
Berseru+seru (dari ber+ seru)
b. Pengulangan dilakukan serentak dengan pengimbuhan prefiks ber-, contoh :
Berhari-hari
Bermeter-meter
Berliter-liter
Berkarung-karung
Berton-ton
Mengapa proses prefiksasi ber- dan proses reduplikasi dikatakan sekaligus? Karena bentuk bermeter dan meter-meter tidak berterima. Bentuk hari-hari, minggu-minggu, dan bulan-bulan memang berterima, tetapi bentuk-bentuk ini merupakan bagian-bagian dari reduplikasi sintaksis
(2) Akar berkonfiks ber-an
Akar berkonfiks ber-an seperti pada kata “berlarian” dan “berkejaran” direduplikasikan sebagian, yaitu hanya akarnya saja. Misalnya :
Berlari-larian (dari berlarian)
Berkejar-kejaran (dari berkejaran)
Berpeluk-pelukan (dari berpelukan)
Bertangis-tangisan (dari bertangisan)
Bersenggol-senggolan (dari bersenggolan)
(3) Akar berprefiks me-
Akar berprefiks me- pada kata menembak dan menari direduplikasikan hanya akarnya saja. Tetapi ada dua macam cara. Pertama, yang bersifat progresif artinya, pengulangan kea rah depan atau ke arah kanan, dan kedua yang bersifat regresif, artinya pengulangan ke arah kiri. Contoh kelompok (a) bersifat progresif dan kelompk (b) bersifat regresif.
(a) Menembak-nembak (dasar menembak)
Menari-nari (dasar menari)
Mengulang-ulang (dasar mengulang)
Melihat-lihat (dasar melihat)
(b) Tembak-menembak (dasar menembak)
Pukul-memukul (dasar memukul)
Tending-menendang (dasar menendang)
Disamping itu di dalam jumlah yang terbatas ada juga proses pemberian prefiks me- yang dilakukan sekaligus dengan proses reduplikasi. Misalnya
Mengada-ada
Mengagak-agak
Bentuk mengada dan ada-ada, serta bentuk mengagak dan agak-agak tidak berterima.
(4) Akar berklofiks me-kan
Akar berklofiks me-kan seperti kata membedakan, membesarkan dan melebihkan direduplikasikan hanya akarnya saja, misalnya :
Membeda-bedakan (dari membedakan)
Membesar-besarkan (dari membesarkan)
Melebih-lebihkan (dari melebihkan)
(5) Akar berklofiks me-I
Akar berklofiks me-I seperti pada kata menulisi dan mengurangi direduplikasikan hanya akarnya saja, misalnya :
Menulis-nulisi (dari menulisi)
Mengurang-ngurangi (dari mengurangi)
Melempar-lempari (dari melempari)
(6) Akar berprefiks pe-
Akar berprefiks pe- seperti pada kata pemuda, Pembina, dan pembaca direduplikasikan secara utuh, misalnya :
Pemuda-pemuda
Pembina-pembina
Pembaca-pembaca
(7) Akar berkonfiks pe-an
Akar berkonfiks pe-an seperti pada kata pembangunan dan penjelasan direduplikasikan secara utuh, misalnya :
Pembangunan-pembangunan
Penjelasan-penjelasan
Pembinaan-pembinaan
Bentuk-bentuk reduplikasi itu boleh digunakan tetapi tampaknya lebih baik menggunakan adverbial semua, seluruh, dan sejumlah bila ingin menyatakan plural.Misalnya :
Semua pembangunan
Sebagian penjelasan
Seluruh pembinaan
(8) Akar berkonfiks per-an
Akar berkonfiks per-an seperti pada kata peraturan, perindustrian dan perdebatan bila direduplikasikan haruslah secara utuh. Misalnya :
Peraturan-peraturan
Perindustrian-perindustrian
Perdebatan-perdebatan
Bentuk-bentuk reduplikasi itu boleh saja digunakan, tetapi tampaknya pengunaan adverbial semua, seluruh, sebagian, dan sebagainya lebih baik daripada penggunaan bentuk redupliksinya.Misalnya :
Semua peraturan
Beberapa perindustrian
Banyak perdebatan
(9) Akar bersufiks –an
Akar bersufiks –an ada dua pereduplikasiannya, pertama dengan mengulang secara utuh bentuk bersufiks –an itu : dan kedua mengulang akarnya saja yang sekaligus disertai dengan pengulangannya. Kelompok (a) berikut adalah contoh cara pertama kelompk (b) adalah contoh cara kedua.
(a) Bangunan-bangunan
Aturan-aturan
Latihan-latihan
(b) Obat-obatan
Biji-bijian
Batu-batuan
Disamping dua cara diatas masih ada satu cara lagi yang kurang produktif, yakni dengan mengulang sebagian (hanya suku pertama dari akar). Contoh :
Bebatuan
Pertumbuhan
(10) Akar berprefiks se-
Akar berprefiks se- ada dua macam cara reduplikasinya. Pertama, diulang secara utuh, dan kedua hanya mengulang bentuk akarnya saja. Kelompok (a) contoh cara pertama kelompk (b) adalah contoh kelompok kedua. Misalnya :
(a) Sedikit-sedikit
Seorang-seorang
Sekali-sekali
(b) Sekali-kali
Sebaik-baik
Sepandai-pandai
(11) Akar berprefiks ter-
Akar berprefiks ter- seperti pada kata terbawa, tersenyum, dan tertawa direduplikasikan hanya akarnya saja.Misalnya :
Terbawa-bawa
Tersenyum-senyum
Tertawa-tawa
(12) Akar berkonfiks se-nya
Akar berkonfiks se-nya seperti pada kata secepatnya, sebaliknya, dan sedapatnya direduplikasikan hanya akarnya saja.Contoh :
Secepat-cepatnya
Sebaik-baiknya
Sedapat-dapatnya
(13) Akar berkonfiks ke-an
Akar berkonfiks ke-an seperti pada keraguan, kemurahan, dan kebiruan direduplikasikan hanya akarnya saja, sedangkan konfiks ke-an melingkupi bentuk perulangan itu. misalnya :
Keragu-raguan
Kemerah-merahan
Kebiru-biruan
(14) Akar berinfiks (-me, el-, -er, m-)
Akar berinfiks direduplikasikan sekaligus dalam pengimbuhan infiks dan proses reduplikasi. Proses ini tampaknya tidak prosuktif. Contoh :
Tali-temali
Sinar-seminar
Getar-geletar
e) Reduplikasi kompositum
(Abdul Chaer, 2008 : 189) Kompositium, gabungan kata, kata majemuk secara umum dapat dibedakan atas (a) yang kedua unsurnya sederajat, seperti tua muda, ayam itik, dan tikar bantal. Dan (b) yang kedua unsurnya tidak sederajat seperti rumah sakit, surat kabar, dank eras kepala. Reduplikasi terhadap dasar kompositium dilakukan dalam du acara, pertama dilakukan secara utuh dan kedua, dilakukan secara sebagian.
Reduplikasi secara utuh dilakukan terhadap (a) kompositium yang kedua unsurnya sederajat dan (b) kompositium yang kedua unsurnya tidak sederajat tetapi memiliki makna idiomatical. Berikut contoh reduplikasi secara utuh :
- ayam itik-ayam itik
- Kasur bantal-kasur bantal
- tua muda-tua muda
Reduplikasi sebagian dilakukan terhadap kompositium yang kedua unsurnya tidak sederajat dan tidak bermakna idiomatical.Contoh :
- surat-surat kabar
- rumah-rumah sakit
- buku-buku agama
Bentuk-bentuk diatas hanya hanya diulang sebagian, karena kedua unsurnya tidak memiliki makna idiomatical.Kedua unsurnya membangun makna gramatikal. Dalam hal ini sebenarnya ada tiga catatan yang perlu diperhatikan, yaitu :
Pertama, dalam tata bahasa tradisional gabungan kata (entah apa maknanya) harus direduplikasikan secara utuh karena dianggap sebagai sebuah kata.
Kedua, gabungan kata yang kedua unsurnya tidak sederajat dan tidak bermakna idiomatical, boleh saja direduplikasikan sebagian karena ada kaidah yang membolehkan dilakukan hanya sebagian.
Ketiga, sesungguhnya bentuk-bentuk kompositium tidak perlu direduplikasikan.Kalau hanya bertujuan mendaptkan makna plural, seperti semua, banyak, beberapa, sejumlah, dan sebagainya.Contoh :
- banyak rumah sakit
- beberapa surat kabar
- semua jamaah haji
f) Reduplikasi dasar nomina
(Abdul Chaer, 2008 : 191) Secara morfologis nomina dapat berbentuk akar, bentuk berprefiks pe-, bentuk berprefiks ke-, bentuk berkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks per-an, bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks –an, dan berupa gabungan kata. Dasar nomina bila direduplikasikan anatara lain. Akan melahirkan makna gramatikal yang menyatakan:
1. Banyak
2. Banyak dan bermacam-macam
3. Banyak dengan ukuran tertentu
4. Menyerupai atau seperti
5. Saat atau waktu
Bagaimana bentuk dasar dan bentuk reduplikasi yang melahirkan makna gramatikal tersebut dibicarakan di bawah ini :
a. Dasar nomina, baik yang berupa akar, bentuk berperefiks pe-, bentuk berprefiks ke-, bentuk berkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks per-an, bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks –an, dan berupa gabungan kata, apabila direduplikasikan akan memiliki makn gramatikal “banyak” kalau memiliki komponen makna (+terhitung). Misalnya :
- Pemda akan menggusur rumah-rumah tanpa IMB itu
- Ketua-ketua kelas harus melapor kepada kepala sekolah
- Peraturan-peraturan daerah itu harus ditinjau lagi
b. Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal “banyak dan bermacam-macam”, apabila memiliki komponen makna (+ berjenis). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian sufiks-an. Misalnya :
- dulu di daerah pasar minggu banyak buah-buahan
- Indonesia akan mengirim obat-obatan ke libanon
- kedelai termaksud tanaman kacang-kacangan
c. Dasar nomina, khususnya dalam bentuk dasar, bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal “banyak dengan satuan tertentu” , apabila memiliki komponen makna (+ukuran) atau (+takaran). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian prefiks ber-. Misalnya :
- kami sudah berhari-hari belum makan
- berliter-liter bengsin terbuang percuma akibat kemacetaan itu
- berhektar-hektar hutan di Kalimantan terbakar hangus
d. Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal “menyerupai” atau “seperti”, apabila memiliki komponen makna (+ bentuk tertentu) atau (+ sifat tertentu). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian sufiks –an, misalnya :
- adik menangis minta dibelikan mobil-mobilan
- anak laki-laki suka bermain perang-perangan
- anak-anak perempuan senang bermain rumah-rumahan
e. Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, apabila direduplikasikan akan memiliki makn gramatikal “saat” atau “waktu”, apabila memiliki komponen makna (+ saat). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan dengan perulangan utuh, misalnya :
- malam-malam begini kamu mengapa datang kesini?
- pagi-pagi sekali dia sudah berangkat kerja
- mau kemana kamu siang-siang begini?
g) Reduplikasi dasar verba
(Abdul Chaer, 2008 : 194) Secara morfologis verba dapat berbentuk akar, berprefiks ber-, berkonfiks ber-an, berprefiks me- inflektif dan deritatif, berprefiks di- deritatif, berprefiks ter- inflektif dan derivatif, berkonfiks me-kan inflektif, berklofiks di-kan inflektif, berklofiks ter-kan inflekstif, berkonfiks me-i inflektif, berklofiks di-i inflektif, berklofiks ter-i inflektif, berprefiks ter- inflektif dan derivatif, berprefiks ke- dan berkonfiks ke-an. Namun tidak semua bentuk verba itu direduplikasikan. Tampaknya dapat tidaknya reduplikasi itu tergantung pada komponen makna yang dimiliki oleh kata yang menjadi dasar itu.
Makna gramatikal yang dapat dihasilkan dalam proses reduplikasi terhadap dasar verba ini, antara lain adalah menyatakan :
1) Kejadian berulang kali
2) Kejadian berintensitas
3) Kejadian berbalasan
4) Dilakukan tanpa tujuan (dasar)
5) Hal tindakan
6) Begitu (dasar)
Bentuk dasar dan makna reduplikasi yang terjadi pada dasar verba ini dibicarakan dibawah ini :
a. Dasar verba apabila di reduplikasikan akan memiliki makna gramatikal “kejadian” (tindakan) berulang kali, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (- durasi). Contoh :
- Dari tadi beliau marah-marah terus
- Jangan menembak-nembak sembarangan
- Mereka berlompat-lompatan ke segala arah
Dari contoh di atas dapat diliha bahwa :
- Dasarnya dapat berupa akar (marah), berupa kata berprefiks me- (menembak, menendang, dan melirik) dan berupa kata berkonfiks ber-an (berlompatan)
- Dasar yang semula memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (-durasi) setelah direduplikasikan menjadi kata yang memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+durasi)
b. Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal “kejadian berintensitas”, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+durasi). Contoh :
- Kami berjalan-jalan mengelilingi kebun raya bogor
- Mereka berlari-lari di halaman sekolah
- Anak-anak itu bermain-main di pinggir jalan
c. Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal “berbalasan”, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (-durasi) serta dalam bentuk berprefiks me- regresif. Contoh :
- Terjadi tembak-menembak antara gerilyawan palestina dan tentara Israel
- Kecam-mengecam terjadi antara kedua pihak yang bertikai
d. Dasar verba, apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal dilakukan tanpa tujuan (dasar), apabila dasar itu memiliki komponen makna (+ durasi). Contoh :
- Sehabis ujian kami makan-makan di restoran itu
- Mari kita duduk-duduk di depan taman
e. Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal “hal me..”, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+durasi) serta dalam bentuk reduplikasi berprefiks me- regresif. Contoh :
- Menerima pekerjaan ketik-mengetik
- Dalam soal tari-menari di memang ahlinya
f. Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal “begitu (dasar)”, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+saat). Contoh :
- Rupanya dia lapar sekali, pulang-pulang minta makan
- Saya tidak sadar, tahu-tahu dia sudah berada di depanku
h) Reduplikasi dasar ajektifa
(Abdul Chaer, 2008 : 196) Ajektifa sebagai bentuk dasar dalam proses reduplikasi dapat berupa akar seperti merah dan tinggi, dapat berupa kata turunan ke-an seperti kemerahan dan kehijauan, dan dapat berupa kata gabung seperti merah darah dan kuning telur namun, yang lazim direduplikasikan adalah bentuk akar.
Reduplikasikan pada dasar ajektifa dapat menghasilakan :
1. Banyak yang (dasar)
2. Se (dasar) mungkin
3. Hanya yang (dasar)
4. Sedikit bersifat (dasar)
5. Meskipun (dasar)
6. Semua (dasar) dengan
7. Intensitas
Makna gramatikal reduplikasi sangat tergantung pada konteks kalimatnya.
a. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilakan makna gramatikal “banyak yang dasar” jika bentuk dasar memiliki makna (+keadaan) dan (+ukuran). Contoh :
- Ikannya masih kecil-kecil, jangan ditangkap dulu
- Murid-murid disekolah itu, memang nakal-nakal
b. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal, “se (dasar) mungkin” jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran). Contoh :
- Buka jendela itu lebar-lebar
- Bunag jauh-jauh pikiran seperti itu
c. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal “ hanya yang (dasar)” jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran). Contoh :
- Ambil baik-baik, tinggalkan yang buruk-buruk
- Kumpulkan buah itu yang besar-besar saja
d. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal “sedikit bersifat (dasar)” jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+warna). Contoh :
- Dari jauh air laut tampak kebiru-biruan
- Warna bajunya putih kehijau-hijauan
e. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan maknagramatikal “meskipun (dasar)” jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+sikap). Contoh :
- Jauh-jauh saya datang, tetapi orangnya tidak ada
- Kecil-kecil berani dia melawan preman itu
f. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal “sama (dasar) dengan” jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran). Contoh :
- Truk sebesar-besar gajah merusak jalan lingkungan di daerah kami
- Nyamuk di situ gede-gede lalat hijau
g. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal “intensitas” jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran). Contoh :
- Kamu jangan membesar-besarkan masalah yang sepeleh ini
- Dia memang sengaja menjelek-jelekan nama kita
i) Reduplikasi dasar kelas tertutup
(Abdul Chaer, 2008 : 199) Reduplikasi dasar kelas tertutup adalah kata-kata yang keanggotaannya sukar bertambah atau berkurang.Dan jumlah keanggotaaanya relative terbatas.Yang termaksud kelas tertutup adalah, kelas adverbia, pronomina, numeralia, konjungsi, artikulus, dan intereksi.
1. Reduplikasi dasar adverbial negasi
Kosa kata adverbia negasi adalah bukan, tidak, tak dan tiada. Yang terlibat dalam proses reduplikasi hanya bukan dan tidak. Bentuk tak dan tiada terlibat dalam proses itu. perhatikan contoh berikut :
- Disini kamu jangan bicara yang bukan-bukan
- Disini kamu jangan bicara yang tidak-tidak
- Anak itu selalu menangis meminta yang bukan-bukan
- Anak itu selalu menangis meminta yang tidak-tidak
Dari contoh diatas tampak bahwa bentuk reduplikasi bukan-bukan dan tidak-tidak mempunyai distribusi yang sama alias dapat dipertukarkan.
2. Reduplikasi dasar adverbia larangan
Kosakata adverbia lararngan adalah jangan dan tidak boleh, yang berkeenaan dengan reduplikasi adalah “jangan”.Contoh :
- Hari ini dia tidak masuk sekolah, kemarin dia juga tidak masuk, jangan-jangan dia sakit.
Dari contoh diatas tampak bahwa bentuk reduplikasi jangan-jangan tidak lagi berkenaan dengan “larangan”, melainkan telah berubah menjadi konjungsi intrakalimat yang menyatakan hubungan antara klausa dengan makna menghubungkan menyatakan rasa khawatir.
3. Reduplikasi dasar adverbial kala
Kosakata adverbial kala adalah kata sudah dan telah untuk menyatakan kata lampau;sedang, tengah, dan lagi untuk menyatakan kala kini; akan dan mauuntuk menyatakan kala yang akan datang. Contoh : kalau mengingat yang sudah-sudah kami memang kasihan kepadanya.
4. Reduplikasi dasar adverbial keharusan
Kosakata adverbial keharusan adalah barangkali, kali dan mungkin yang menyatakan kemunginan; mau, ingin dan hendak yang menyatakan keinginan; dan boleh yang menyatakan kebolehan.Sebagai adverbial keharusan yang terlibat dalam reduplikasi adalah kali,mau dan boleh.Contoh : mari kita singgah ke rumah beliau, kali-kali saja beliau ada di rumah.
5. Reduplikasi dasar adverbial jumlah
Kosakata adverbial jumlah adalah banyak, sedikit, lebih, kurang dan cukup. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi. Contoh : setelah diberi gula harus diberi air banyak-banyak.
6. Reduplikasi dasar adverbial taraf
Kosakata adverbial taraf adalah agak, sangat, amat, sekali, sedang, kurang dan paling. Yang terlibat pada proses reduplikasi hanyalah agak dan paling.Contoh : harganya paling-paling seribu rupiah.
7. Reduplikasi dasar adverbial frekuensi
Kosakata adverbial frekuensi adalah sekali, sering, jarang, dan lagi.Semuanya terlibat dalam reduplikasi.Contoh :sekali-sekali dia juga datang kesini.
8. Reduplikasi dasar adverbial Tanya
Kosakata adverbial Tanya adalah apa, siapa, berapa, mana, kenapa, mengapa, dan bagaimana. Semua termasuk proses reduplikasi kecuali mengapa dan bagaimana. Contoh : belum apa-apa dia sudah menangis.
9. Reduplikasi dasar pronominal persona
Kosakata pronominal persona adalah saya dan akusebagai orang pertama tunggal; kami sebagai orang pertama jamak eksklusif; kita sebagai orang pertama jamak insklusif; kamu, engkau, dan anda sebagai orang kedua tunggal; kalian dan kamu sekalian sebagai orang kedua jamak; dia, ia dan beliau sebagai orang ketiga tunggal; dan mereka sebagai orang ketiga jamak. Semuanya terlibat reduplikasi.Contoh :kami-kami ini sering membantu pekerjaan beliau.
10. Reduplikasi dasar pronominal demonstratifa
Kosakata pronominal demonstratifa adalah ini, itu, begini, dan begitu.Semua terlibat reduplikasi.Contoh : mengapa yang ini-ini kamu tuntut.
11. Reduplikasi dasar numeralia
Kosakata numeralia yang terlibat dalam reduplikasi adalah bilangan bulat satu, dua, tiga,……….seribu. juga bilangan sepertiga, setengah dll.contoh : anak-anak itu dibariskan dua-dua.
12. Reduplikasi dasar konjungsi koordinatif
Kosakata koordinatif adalah dan yang menyatakan gabungan; serta menyatakan kesertaan; tetapi , namun dan melainkan yang menyatakan kebalikan; bahkan dan malah(an) yang menyatakan penguatan; kemudian, setelah, sesudah,dan lalu yang menyatakan hubungan waktu. Semuanya tidak terlibat dalam proses reduplikasi. Memang ada bentuk lalu-lalu seperti dalam kalimat : kita tidak perlu mengingat kejadian yang lalu-lalu.
13. Reduplikasi dasar konjungsi subordinatif
Kosakata subordinatif adalah karena, sebab, asal, dan lantaran yang menyatakan sebab; kalau, jika, jikalau, andai, andaikata, dan seandainya yang menyatakan persyaratan; meski(pun), biar(pun), walau(pun), kendati(pun) yang menghubungkan menyatakan penguatan; hingga, sehingga, dan sampai yang menghubungkan menyatakan batas; dan kecualiyang menyatakan perkecualian. Yang terlibat dalam reduplikasi adalah kalau, andai, dan sampai.Contoh : mari kita ke kebun, kalau-kalau ada durian runtuh.
2.6 Komposisi Dalam Bahasa Indonesia
1. Komposisi
(Abdul Chaer, 2008:208-234) Komposisi adalah proses pengabungan dasar dengan dasar (biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu ‘konsep’ yang belum tertampung dalam sebuah kata. Proses komposisi ini dalam Bahasa Indonesia merupakan satu mekanisme yang cukup penting dalam pembentuksn dan pengayaan kosakata. Contoh : kata ‘merah’, yaitu salah satu warna. Namun, dalam kehidupan warna merah itu tidak semacam, ada warna mewah darah, merah delima, merah jambu, dan sebagainya. Contoh lain, Bahasa Indonesia memiliki kata ‘rumah’ untuk mewadahi ‘bangunan tempat tinggal’; namun, dalam kehidupan kita ada konsep ‘bangunan tempat menggadaikan’, maka terbentuklah komposisi rumah gadai.
Komposisi dalam peristilahan
Untuk pembicaraan komposisi, Fokker (1951) menggunakan istilah kelompokkata, yang dibedakan atas kelompok longgar dan kelompok erat.Dengan kelompok longgar dimaksudkan untuk kelompok kata yang hubungan atara unsur-unsurnya bersifat tidak mengikat.
Dalam pembicaraan komposisi C.A. Maes (1957) menggunakan istilah kata majemuk dan aneksi.Dengan istilah kata majemuk dimaksudkan untuk gabungan kata yang memiliki makna idiomatik. Persis sama dengan yang digunakan Alisyahbana. Sedangkan istilah ineksi dimaksud untuk menyebut gabungan kata yang maknanya masih dapat ditelusuri secara grametikal, seperti lukisan yusisf memiliki makna “lukisan milik yususf” atau “ lukisan buatan yususf”. Jadi C.A. ,Mees menggunakan istilah kata majemuk untuk komposisi yang bermakna idiomatik, dan aneksi untuk komposisi yang bukan bermakna idiomatik.
Aspek semantik komposisi
Sudah disebutkan di muka bahwa tujuan utama membentuk komposisi adalah untuk menampung atau mewadai konsep-konsep yang ada dalam kehidupan kita tetapi belum ada wadahnya dalam bentuk sebuah kata.
Konsep-konsep ini dapat dibedakan adanya lima macam komposisi yaitu :
1. Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat, sehingga membentuk komposisi yang koordinatif. Makna gramatikal hasil penggabungan koordinatif bisa ‘dan’ bisa juga ‘atau’ tergantung pada konteks kalimatnya, bisa juga bermakna idiomatic.
- Contoh lain:
• Baca tulis ‘baca dan tulis’
• Pulang pergi ‘pulang dan pergi’
• Makan pakai ‘makan dan pakai’
• Cantic molek ‘cantik dan molek’
• Tua muda ‘tua dan muda’
• Jauh dekat ‘jauh dan dekar’
• Tikar bantal ‘tikar dan bantal’
• Sawah ladang ‘sawah dan ladang’
2. Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungtidak sederajat, sehingga melahirkan komposisi yang subordinatif. Dalam komposisi ini unsusr pertama merupakan unsur utama dan unsur kedua merupakan unsur penjelas. Contoh lain, dasar sate digabungkan dengan dasar Madura menjadi komposisi sate Madura yang bermakna grametika ‘sate yang berasal dari madura’ dan dasar sate digabungkan dengan dasar lontong menjadi komposisi sate lontong yang bermakna grametikal ‘sate dengan campuran lontong’
3. Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang maknanya sudah pasti, sudah tentu, meskipun bebas dari konteks kalimatnya, karena istilah dalam komposisi ini tidak ditentukan oleh hubungan kedua unsurnya, melainkan ditentukan oelh keseluruhannya.
a. Istilah olahraga :
• Tolak peluru, angkat besi, terjun payung, terbang layang, belap sepeda
b. Istlah linguistic
• Fonem vokal, morfem bebas, frase endosentik, klausa verbal, kalimat inti
c. Istilah politik
• Suaka politik, hak angket, hak pilih, hak prerogative, siding paripurna
d. Istilah pendidikan
• Buku ajar, tahun ajar, guru bantu, model pembelajaran, tenaga kependidikan
e. Istilah agama (islam)
• Hadis sahih, ayat kursi, ayat kursi,wali hakim, zakat fitra,ibadah haji
4. Komposisi pembentuk idiom, yakni pengagbungan dasar dengan dasar yang diprediksi makna idiomatic, yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun grametikal. Misalnya kompoisis ‘meja hijau’ dengan makna ‘pengadilan’. Berikut adalah contoh komposisi idiomatic lainnya:
• Memeras keringan ‘bekerja keras’
• Membanting tualng ‘bekerja keras’
• Menjual gigi ‘tertawa keras-keras’
• Beratap seng ‘sudah tua’
• Bau kencur ‘(masih) kanak-kanak’
5. Komposisi yang menghasilkan nama, yakni yang mengacu pada sebuah maujud dalam dunia nyata, misalnya, Griya Matraman, Stasiun Gambir dan Selat Sunda.
Pengembangan komposisi
(Abdul Chaer, 2008 : 215) Maksud utama pembentukan komposisi adalah untuk mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan nyata tetapi belum ada kosakatanya dalam bentuk tunggal. Pada tahap awal tentunya komposisi baru berupa penggabungan duah buah dasar, seperti dasar kereta denagn dasar apimenjadi komposisi kereta api. Namun dengan berkembangnya teknologi dan budaya kereta api dapat di gabungkan lagi dengan dasar ekspres sehingga menjadi kereta ekspres.
Dilihat dari segi simantik, semakin luas komposisi itu maka maknanya semakin “sempit”. Kita simak, kata kereta mencakup semua jenis kereta: termaksud semua jenis kereta kuda, kereta apai dan lain-lain.
2. Komposisi Nominal
(Abdul Chaer, 2008 : 216) Komposisi nominal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori nominal. Misalnya komposisi kakaek nenek dan baju baru pada kedua kalimat berikut:
• Kakek nenek pergi berlebaran
• Mereka memakai baju baru
Sebagai fungsi subjek komposisi kakek nenek berkategori nomina: dan sebagai pengisi fungsi objek komposisi baju baru juga berkategori nomina.
Komposisi nomina dapat dibentuk dari dasar:
1. Nomina+nomina, seperti kakek nenek, meja kayu.
2. Nomina+verba, seperti meja makan, buku ajar
3. Nomina+ajektiva, seperti guru muda, mobil kecil
4. Abverbia+nomina,seperti bukan uang, banyak buaya, beberapa murid.
Komposisi nominal bermakna gramatikal
Makna grametika adalah makna yang muncul dalam proses penggabungan dasar dengan dasar dalam pembentukan sebuah komposisi. Makna grametikal yang muncul dalam proses pembentukan komposisi nominal antara lain adalah makna yang menyatakan:
Menyatakan gabungan biasa sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan. Makna grametikal “gabungan biasa” ini akan terjadi apabila kedua unsurnya memiliki komponen makna:
a. (+pasangan antonym relasional), misalnya ayah,ibu
b. (+anggota dari satu medan makna) misalnya topan badai
Komposisi nominal bermakna idiomatic
Ada sejumlah komposisi nominal memiliki makna idiomatic, baik berupa idiom penuh maupun berupa idiom sebagian.Yang berupa ididom penuh artinya, seluruh komposisi itu memiliki makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun secara grametikal. Misalnya:
• Orang tua, dalam arti “ayah ibu”
• Kambing hitam dalam arti “orang yang dipersalahkan”
• Kumis kucing “artinya “sejenis tanaman obat
Komposisi nominal metaforis
Ada sejumlah nominal yang salah satu unsurnya digunakan secara metaforis , yakni dengan mengambil salah satu komponen makna yang dimiliki oleh unsur tersebut.
Contoh komposisi nominal :
• Kaki mobil
• Catatan kaki
• Kepala surat
Komposisi nominal nama dan istilah
Ada sejumlah komposisi nominal yang berupa nama atau istilah. Sebagian nama atau istilah komposisi ini tidak bermakna grametikal, tida bermakna idiiomatik, juga bermakna metaforis. Contohnya:
• Nama :
Hotel Indonesia
IKIP Jakarta
Apotik Rini
• Istilah
Buku ajar
Lepas landas
Suku cadang
Komposisi nominal dengan adverbial
Makna komposisi jenis ini ditentukan oleh makna leksikal dari kata abverbia itu.abverbia yang mendampingi nominal adalah, abverbia yang menyatakan negasi,yaitu bukan, tiada dan tanpa: dan abverbia yang menyatakan jumlah, yaitu beberapa, banyak,sedikit, sejumlah, jarang, kurang. Contohnya :
• bukan anjing
• tiada air
• tanpa uang
3. Komposisi Verbal
(Abdul Chaer, 2008 : 225) Yang dimaksud dengan komposisi verba adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal. Misalnya komposisi menyanyi menari dan datang pada kalimat berikut:
• Mereka menyanyi menari sepanjang malam
Sebagai pengisi fungsi predikat komposisi menyanyi menari dan datang menghadap kategori verba, komposisi dapat di bentuk dari dasar:
a. Verba+verba, seperti menyanyi dan menari
b. Verba+nomina seperti gigit jari
c. Verba+ajektifa, seperti lompat tinggi
d. Abverbia+verba seperti sudah makan
4. Komposisi Ajektival
(Abdul Chaer, 2008 : 231)Yang dimaksud komposisi ajektival adalah komposisi yang ada pada satuan klausa,berktegori ajektiva,ccontoh komposisi cantic molek dan kaya miskin dalam klausa berikut:
• Gadis yang cantic molek itu duduk termenung
• Kaya miskin di hadapan Allah sama saja
Komposisi ajektifal dapat di bentuk dari dasar :
• Ajektifa+ajektifa,seperti tua muda,
• Ajektifa+nomina, seperti merah darah
• Ajektifa+verba,seperti takut pulang
• Abverbia+ajektifa,seperti tidak berani
2.7 Kata Majemuk
(Masnur, 2008:57) Majemuk atau komposisi adalah peristiwa bergabungnya 2 morfem dasar atau lebih secara padu dan menimbulkan arti yang relative baru.
Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang memiliki struktur tetap dan tidak dapat di sisipi kata lain. Menurut pendapat Ramlan (1985) kata majemuk adalah suatu kata baru yang meruoakan gabungan dua kata sebagai unsurnya.
Perbedaan kata majemuk berdasarkan cara penulisannya:
1. Kata majemuk senyawa
Kata majemuk senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisannya dirangkaikan. Seolah-olah telah melenur menjadi satu kata baru.Misalnya : matahari, hulubalang, bumiputra, dan lain-lain.
2. Kata majemuk tak-senyawa
Kata majemuk tak-senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisan morfem-morfem dasarnya tetap terpisah. Misalnya : sapu tangan, kumis kucing, cerdik pandai, dan lain-lain.
Perbedaan kata majemuk berdasarkan kelas kala pembentuknya :
1. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda+kata benda. Misalnya : kapal udara, anak emas, sapu tangan, dan lain-lain.
2. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda+kata kerja. Misalnya : kapal terbang, anak pungut, meja makan, dan lain-lain.
3. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda+kata sifat. Misalnya : oraang tua, rumah sakit, pejabat tinggi, dan lain-lain.
4. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat+kata benda. Misalnya : panjang tangan, tinggi hati, keras kepala, dan lain
Komentar
Posting Komentar