Afiksasi Pembentukan Verba

Afiksasi: Pembentukan Verba

Menurut Abdul Chaer (2008) afik-afiks pembentuk verba ada tiga belas antara lain : prefiks ber-, konfiks dan klofiks ber-an, klofiks ber-kan, sufiks –kan, sufiks –i, prefiks per-, konfiks per –kan, konfiks per –i, prefiks me-, prefiks di-, prefiks ter, prefiks ke-, prefiks ke-an.
a) Verba berprefiks ber-
Bentuk dasar dalam pembentukan verba dengan prefiks ber- dapat berupa:
1) Morfem dasar terikat, seperti kata berjuang dan berhenti. Bentuk dasarnya berupa morfem dasar terikat: tempur, kelahi, juang, tikai dan henti.
2) Morfem dasar bebas, seperti kata bekerja dan bergaya. Bentuk dasarnya berupa morfem dasar bebas: ladang, ternak, kerja, nyanyi, dan gaya.
3) Bentuk turunan berafiks, seperti terdapat pada kata berpakaian (bentuk dasarnya pakaian) dan berpendapatan (bentuk dasarnya pendapatan). Jadi, disini prefiks ber- diimbuhkan pada dasar yang terlebih dahulu sudah diberi afiks lain.
                                     
(sumber: https:2.bp.blogspot.com/-AQCnH84gxKQ/WHhGThYcS0I/AAAAAAAAAB0/HyUePvseGI4RdhbkyYLJBZkRXxBxt58wCLcB/s1600/d.png
4) Bentuk turunan reduplikasi, seperti terdapat pada kata berlari (bentuk dasar lari-lari), berkeluh-kesah (bentuk dasar keluh-kesah) dan berilmu-pengetahuan (bentuk dasar ilmu-pengetahuan)
5) Bentuk turunan hasil komposisi, seperti kata berjual beli (bentuk dasar jual beli), bertemu muka (bentuk dasar temu muka), dan bergunung api (bentuk dasar gunung-api).
Makna gramatikal verba berprefiks ber- yang perlu dicatat, antara lain yang menyatakan :
i. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mempunyai (dasar)’ atau ‘ada (dasar)nya’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+benda), (+umum), (+milik) dan (+bagian). Contoh:
Berayah ‘mempunyai ayah’.
ii. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘memakai’ atau ‘mengenakan’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+pakaian) atau (+perhiasan). Contoh:
Berkebaya ‘memakai kebaya’.
iii. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mengendarai’, ‘menumpang’ atau ‘naik’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+kendaraan). Contoh:
Bersepeda ‘mengendarai sepeda’.
Berkuda ‘menaiki kuda’.
iv. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘berisi’ atau ‘mengandung’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+benda), (+dalaman) atau (+kandungan). Contoh:
Beracun ‘mengandug racun’.
.
v. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mengeluarkan’ atau ‘menghasilkan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+benda), (+hasil) atau (+keluar). Contoh:
Berproduksi ‘mengeluarkan produksi’.
vi. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′mengusahakan′ atau ′mengupayakan′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+beidang usaha). Contoh:
Berladang ‘mengusahakan ladang’
vii. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′melakukan kegiatan′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+benda) dan (+kegiatan). Contoh:
Berdebat ‘melakukan debat’.

viii. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′mengalami′ atau ′berada dalam keadaan′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+perasaan batin). Contoh:
Bergembira ‘dalam keadaan gembira’.
ix. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′menyebut′ atau ′menyapa′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+kerabat) dan (+sapaan). Contoh:
Berabang ‘memanggil abang’
x. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′kumpulan′ atau ′kelompok′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+jumlah) atau (+hitungan). Contoh:
Berdua ‘kumpulan dari dua orang’.
xi. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′memberi′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+benda) dan (+berian). Contoh:
Bersedekah ‘memberi sedekah’.
Berkhotbah ‘memberi khotbah’.
.
Bertekuk lutut ‘menyerah’
b) Verba Berkonfiks dan Berklofiks Ber-an
Verba berbentuk ber-an seperti pada kata bermunculan dan berpakaian memiliki dua macam proses pembentukan. Pertama, yang berupa konfiks, artinya prefiks ber- dan sufiks -an itu diimbuhkan secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk dasar. Kedua, yang berupa klofiks artinya prefiks ber- dan sufiks -an itu tidak diimbuhkan secara bersamaan pada sebuah dasar. Berikut adalah bagan proses pembentukan kata berpakaian :
Ber An
Muncul
ber
An
Pakai
(sumber: A. Chaer. 2015:113)
Ber-an sebagai konfiks memiliki satu makna, sednagkan ber-an sebagai klofiks memiliki makna sendiri-sendiri.
Makna gramatikal verba berkonfiks ber-an adalah:
1) Banyak serta tidak teratur
2) Saling atau berbalasan
3) Saling berada
i. Verba berkonfiks ber-an yang memiliki makna gramatikal ‘banyak serta tidak teratur’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan), (+sasaran), (+gerak). Contoh:
Berlarian ‘banyak yang berlari dan tidak teratur’.
Bermunculan ‘banyak yang muncul dan tidak teratur’.
ii. Verba berkonfiks ber-an yang memiliki makna gramatikal ‘saling’ atau ‘berbalasan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan), (+sasaran), (+gerak). Contoh:
Bermusuhan ‘saling memusuhi’
Bertangisan ‘saling menangis’
iii. Verba berkonfiks ber-an yang memiliki makna gramatikal ‘saling berada di’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+benda), (+letak), (+tempat). Contoh:
Bersebelahan ‘saling berada disebelah’.
Berseberangan ‘saling berada diseberang’
    (sumber: A. Caher. 2015:115)

c) Verba Berklofiks Ber-kan
Verba berklofiks ber-kan dibentuk dengan proses, mula-mula pada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks -kan. Misalnya mula-mula pada kata dasar senjata diimbuhkan prefiks ber- menjadi bersenjata, lalu pada kata bersenjata diimbuhkan pula sufiks -kan sehingga menjadi bersenjatakan.
Prefiks ber- dan sufiks -kan pada verba ber-kan memiliki maknanya masing-masing, dimana prefiks ber- memiliki makna gramatikal seperti pada subbab 1.1, sedangkan sufiks –kan  memiliki makna gramatikal ‘akan’. Contoh:
Bersenjatakan ‘menggunakan senjata akan (clurit)’.
Berisikan ‘mempunyai isi akan (air).
Berdasarkan ‘menggunakan dasar akan (Pancasila)’.


Bermodalkan
Beristrikan
Bersuamikan

Bermodalkan
Berlandaskan
Bertuhankan

                            (sumber: A. Caher. 2015:116)

d) Verba Bersufiks –kan
Sufiks –kan, bila diimbuhakan pada dasar yang memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran) akan membentuk verba bitransitif, yaitu verba yang berobjek dua. Bila diimbuhkan pada dasar yang lain, sufiks –kan akan membentu pangkal (stem) yang menjadi dasar dalam pembentukan verba inflektif.
Verba bersufiks –kan digunakan dalam:
1) Kalimat imperative. Contoh:
Lemparkan bola itu kesini!
Tuliskan namamu disini!
2) Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba, dan subjeknya menjadi sasaran tindakan. Contoh:
Rumah itu baru kami dirikan.
 Jembatan itu akan mereka robohkan,
3) Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
Uang yang baru kami terima sudah habis.
Kami melewati daerah yang sudah mereka amankan.
Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal:
i. Verba bersufiks -kan memiliki makna gramatikal ‘menjadi’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+keadaan) atau (+sifat khas). Contoh:
Tenangkan, artinya ‘jadikan tenang’.
Putuskan, artinya ‘jadikan putus’.
Hutankan, artinya ‘jadikan hutan’.
ii. Verba bersufiks -kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan berada di’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tempat) atau (+arah). Contoh:
Pinggirkan, artinya ‘jadikan berada di pinggir’.
iii. Verba bersufiks -kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan untuk orang lain’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran). Contoh:
Bukakan, artinya ‘lakukan buka untuk (orang lain)’.
iv. Verba bersufiks -kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan akan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran). Contoh:
Lemparkan, artinya ‘lakukan lempar akan’.
v. Verba Bersufiks -kan memiliki makna gramatikal ‘bawa masuk ke’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ruang). Contoh:
Asramakan, artinya’bawa masuk ke asrama’.
Gudangkan, artinya ‘bawa masuk ke gudang’.
e) Verba Bersufik –i
Verba bersufiks -i adalh verba transitif, yang berlaku juga sebagai pangkal (stem) dalam pembentukan verba inflektif. Verba bersufiks -i digunakan dalam
1. Kalimat imperative. Contoh:
Tolong gulai the ini!
Mari kita hampiri anak itu!
Lompati saja pagar iitu.
2. Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba, dan subjeknya menjadi sasaran perbuatan. Contoh :
Kemarin beliau sudah kami hubungi.
Anak-anak yatim itu harus kita santuni.
Gurumu itu mesti kamu hormati dengan baik.
3. Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba.
Desa yang akan kita kunjungi berada di balik bukit.
Orang yang harus kamu surati sudah ada di sini.
Banjir melanda wilayah yang akan kita datang.

Verba bersufiks -i memiliki makna gramatikal:
i. Verba bersufiks -i memiliki makna gramatikal ‘berulang kali’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran). Contoh:
Pukuli, artinya ‘pekerjaan pukul dilakukan berulang kali’.
Sembahi, artinya ‘pekerjaan sembah dilakukan berulang kali’.
ii. Verba bersufiks -i memiliki makna gramatikal ‘tempat’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tempat). Contoh:
Duduki, artinya ‘ duduk di…’.
iii. Verba bersufiks -i memiliki makna gramatikal ‘merasa sesuatu pada’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+sikap batin) atau (+emosi). Contoh:
Kasihi, artinya ‘merasa kasih pada’.
Takuti, artinya ‘merasa takut pada’.
iv. Verba bersufiks -i memiliki makna gramatikal ‘beri atau bubuh pada’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+bahan berian). Contoh:
Garami, artinya ‘beri garam pada’.
Airi, aritinya ‘beri air pada’.
v. Verba bersufiks -i memiliki makna gramatikal ‘jadikan atau sebabkan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+keadaan) atau (+sifat). Contoh:
Lengkapi, artinya ‘jadikan lengkap’.
Cukupi, artinya ‘jadikan cukup’.
vi. Verba bersufiks -i memiliki makna gramatikal ‘lakukan pada’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+tempat). Contoh:
Tulisi, artinya ‘lakukan tulis pada’.
Diami, artinya ‘ lakukan diam pada’.
f) Verba Berprefiks per-
Verba berprefiks per- adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Verba inflektif dapat digunakan dalam:
1. Kalimat imperatif, misalnya:
Persingkat bicaramu!
Perpanjang dulu KTP –mu ini!
2. Kalimat pasif yang berpola: (aspek) + pelaku + verba, misalnya:
Penjagaan akan kami perketat nanti malam.
Syarat-syaratnya harus kita perlunak untuk mereka.
3. Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + aspek + pelaku + verba, misalnya:
Saluran yang telah kami perdalam kini telah dangkal lagi.
Gubernur akan meninjau bangunan yang baru kita perluas.

Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal :
i. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘jadikan lebih’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+keadaan) atau (+situasi). Contoh:
Peringgi, artinya ‘jadikan lebih tinggi’.
Perlebar, artinya ‘jadikan lebih lebar’.
ii. Verba beprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘anggap sebagai’ atau ‘jadikan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat khas). Contoh:
Perbudak, artinya ‘anggap sebagai budak’.
Perkuda, artinya ‘anggap sebagai kuda’.
iii. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘bagi’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ jumlah) atau (+ bilangan). Contoh:
Perdua, artinya ‘bagi dua’.
Perlima, artinya ‘bagi lima’.

g) Verba Berkonfiks per-kan
Verba berkonfiks per-kan adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me-, di- atau ter-).verba berkonfiks per-kan digunakan dalam:
1. Kalimat imperative. Misalnya:
Persiapkan dulu bahan-bahannya!
Jangan perdebatkan lagi masalah itu!
2. Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba. Misalnya:
Anak itu akan kita pertemukan dengan orang tuanya.
Masalahmu itu akan kami pertanyakan lagi.
3. Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku. Misalnya:
Tarian yang sudah mereka pertunjukkan akan diulang lagi.
Film yang mereka hendak persembahkan perlu disensor dulu.

Verba berprefiks per-kan memiliki makna gramatikal :
i. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan bahan per-an’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kegiatan). Contoh:
Perdebatkan, artinya ‘jadikan bahan perdebatan’,
Pertanyaan, artinya ‘jadikan bahan pertanyaan’.
ii. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan supaya (dasar)’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh:
Persamakan, artinya ‘lakukan supaya sama’.
Pertegaskan, artinya ‘lakukan supaya tegas’.
iii. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan me-’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan). Contoh:
Perdengarkan, artinya ‘jadikan (orang lain) pendengar.
Perlihatkan, artinya ‘jadikan (orang lain) melihat’.
iv. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan ber-’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian).
Perhubungan, artinya ‘jadikan perhubungan’.
Pertemukan, artinya ‘jadikan bertemu’.

h) Verba Berkonfiks per-i
Verba berkonfiks per-i adalah verba yang dapat menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berfprefiks me-inflektif, di-inflektif atau ter-inflektif). Verba berkonfiks per-i digunakan dalam:
1. Kalimat imperative. Contoh:
Perbaiki dulu sepeda ini!
Jangan permalui dia di depan orang banyak!
2. Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
Mobil itu  baru kita perbaiki.
Merekan akan kami perlengkapi dengan alat pertanian.
3. Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
Rumah yang baru kami perbaiki terkena gempa
Kasihan sekali anak-anak yang mereka perdayai itu.

Verba berprefiks per-kan memiliki makna gramatikal :
i. Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ‘lakukan supaya jadi’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh:
Perlengkapi, artinya ‘lakukan supaya jadi lengkap’.
Perbarui artinya ‘lakukan supaya jadi baru’.
ii. Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ‘lakukan (dasar) pada objeknya’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+lokasi). Contoh:
Persetujui, aritnya ‘lakukan setuju pada objeknya’.
Persepakatan, artinya ‘lakukan sepakat pada objeknya’.

i) Verba Berprefiks me-
Prefiks me- seperti sudah dibicarakan pada subbab 4.2.1 dapat membentuk me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-.
Bentuk atau alomorf me- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem [r, l, w, y, m, n, nya, dan ng]. contoh sebagai berikut:
Merakit
Melekat
Mewarisi
Meyakini
  Merawat
Melongok
Mewasiatkan
Meyayasankan

                (sumber: A. Caher. 2015:130)
Bentuk atau alomorf mem- digunakan apabila bentukdasarnya dimulai dengan fonem [b, p, f, dan v]. Dengan catatan fonem [b, f dan v] tetap berwujud, sedangkan fonem [p] tida diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal dari prefiks itu. Contoh sebagai berikut:

Membina
Memfitnah
Memveto
Memotong Membawa
Memfrasekan
Memvitaminkan
Memutuskan

    (sumber: A. Caher. 2015:130)
Demi kekonsistenan, dianjurkan untuk menggunakan bentuk yang meluluhkan fonem [P] itu.
Bentuk men- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem [d dan t]. Dengan catatan fonem [d] tetap diwujudkan sedangkan fonem [t] tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks tersebut. Contoh sebagai berikut:
Menduda
Mendidik
Menulis
Menodong Mendengar
Mendustai
Menendang
Menerobos
        (sumber: A. Caher. 2015:115)
Dalam bahasa keseharian, terutama di Jakarta, ada sejumlah kata berprefiks me-, tetapi fonem [t] pada bentuk dasarnya tidak diluluhkan atau disenyawakan, seperti mentolerir, mentradisi, mentraktor, dan sebagainya.


i. Verba berprefiks me- inflektif
Bentuk dasar atau pangkal verba berprefiks me- inflektif memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + sasaran ). Jadi, bentuk dasar atau pangkal dalam pembentukan verba inflektif, disamping berbentuk morfem, dasar atau akar juga termasuk verba bersufiks –kan, bersufiks –i, berprefiks per-, berkonfiks per-kan, dan berkonfiks per-i. Contoh:
Membaca
Melupakan
Merestui
Menulis
Menidurkan
Menodai

          (sumber: A. Caher. 2015:134)

Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal:
1. Kalau bentuk dasarnya atau pangkalnya berupa morfem dasar adalah;
a. Melakukan (dasar)
b. Melakukan kerja dengan alat
c. Melakukan kerja dengan bahan
d. Membuat (dasar)
2. Kalau pangkalnya berupa verba bersufiks –kan, maka makna gramatiklnya adalah seperti sudah dibicarakan pada subbab 2.4.
3. Kalau pangkalnya berupa verba bersufiks –i, maka makna gramatiklanya adalah seperti sudah dibicarakan pada subbab 2.5.
4. Kalau pangkalnya berupa verba berprefiks per-, maka makna gramatikalnya adalah seperti di subbab 2.6.
5. Kalau pangakalnya berupa verba berkonfiks per-kan, maka makna gramatikalnya adalah seperti di subbab 2.7.
6. Kalau pangkalnya berupa verba berkonfiks per-i, maka makna gramatikalnya adalah di subbab 2.8.

I. Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal ‘melakukan (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sasaran) dan (+ sasaran). Contoh:
Membeli, artinya ‘melakukan beli’
Menuli, artinya ‘melakukan tulis’
Membaca, artinya ‘melakukan baca’
Mencuri, artinya ‘melakukan curi’
Mengambil, artinya ‘melakukan ambil’
II. Verba berprefiks me- inlektif memiliki makna gramatikal ‘melakukan kerja dengan alat’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ alat). Contoh:
Mengikir, artinya ‘melakukan kerja dengan alat kikir’
Memahat, artinya ‘melakukan kerja dengan alat pahat’
Mengail, artinya ‘melakukan kerja dengan alat kail’
III. Verba berprefiks me- intlektif memiliki makna gramatikal ‘melakukan kerja dengan bahan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ bahan). Contoh:
Mengapur, artinya ‘melakukan kerja dengan bahan kapur’
Mengecat, artinya ‘mealakukan kerja dengan bahan cat’
IV. Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal ‘membuat dasar’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ benda hasil). Contoh:
Menyambal, artinya ‘membuat sambal’
Menumis, artinya ‘membuat tumis’

ii. Verba berprefiks me- derifatif
Verba berprefiks me- derifatif memiliki makna gramatikal:
a. Makan, minum, mengisap.
b. Mengeluarkan
c. Menjadi
d. Menjadi seperti
e. Menuju
f. Memperingati

I. Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal ‘makan, minum, mengisap’ apabila bentuk dasarnya memiliki makna (+ makanan) atau (+ isapan). Contoh:
Merokok, artinya ‘mengisap rokok’
Menyoto, artinya ‘memakan soto’
Catatan: makna gramatikal menyoto dan menyate bisa menjadi ‘membuat’ tergantung pada konteks kalimatnya.
II. Verba berprefiks me- derifatif memiliki makna gramatikal ‘mengeluarkan (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ bunyi) atau (+ suara). Contoh:
Mengeong, artinya ‘mengeluarkan bunyi ngeong’
Mengaung, artinya ‘mengeluarkan bunyi ngaung’
III. Verba berprefiks me- derifatif memiliki makna gramatikal ‘menjadi (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan (warna,bentuk, situasi)).
Contoh:
Menguning, artinya ‘menjadi kuning’.
Meninggi, artinya ‘menjadi tinggi’
Menua, artinya ‘menjadi tua’.
Mengecil, artinya ‘menjadi kecil’.
IV. Verba berprefiks me- derifatif memiliki makna gramatikal ‘ menjadi seperti’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat khas). Contoh:
Membatu, artinya ‘menjadi seperti batu’
Membaja, artinya ‘seperti baja’
Menyemak, artinya ‘seperti semak’
V. Verba berprefiks me- deviratif memiliki makna gramatikal ‘menuju’ apanila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ arah). Contoh:
Menepi, artinya ‘menuju tepi’
Mengutara, artinya ‘menuju utara’
VI. Verba berprefiks me- derifatif memiliki makna gramatikal ‘memperingati’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ bilangan), (+ hari), atau (+ bulan). Contoh:
Meniga hari, artinya ‘memperingati hari ke tiga (kematian).
Menujuh bulan, artinya memperingati bulan ke tujuh (kehamilan)’
j)  Verba berprefiks di-
Ada dua macam verba berprefiks di-, yaitu verba berprefiks di- derivative.
i. Verba berprefiks di- inflektif
Adalah verba pasif. Tindakan dari verba berprefiks me- inflektif. Maka gramatikalnya adalah kebalikan dari bentuk aktif verba berprefiks me- inflektif.
ii. Verba berprefiks di- derivatif
Sejauh data yang diperoleh hanya ada kata dimasud, yang lain tidak ada.
k) Verba berprefiks Ter-
Ada dua macam verba berprefik ter- yaitu verba berprefiks ter-derifatif dan verba berprefiks ter- derifatif.
I. Verba berprefiks ter- inflektif
Adalah verba pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflrktif makna gramatikal verba berprefiks ter- inflrktif, selain sebagai kebalikan pasif keadaan dari verba berprefiks me- infektif, juga memiliki makna gramatikal:
Dapat / sanggup.
Tidak sengaja
Sudah terjadi.
i. Verba berprefiks ter-inflektif
Memiliki makna gramatikal ‘dapat / sanggup’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sasaran). Contoh:
Terangkat, artinya ‘dapat diangkat’
Terbaca, artinya ‘dapat dibaca’
ii. Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ‘tidak sengaja’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
Terangkat, artinya ‘tidak sengaja terangkat’
Terbawa, artinya ‘tidak senagaja terbawa’

II. Verba berprefiks ter- derivaktif.
Verba berprefiks ter- derifatif memilki makna gramatikal: Paling, dalam keadaan, terjadi dengan tiba-tiba.
i. Verba berprefiks ter- derifatif memiliki makna gramatikal ‘paling’  apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh:
Terbaik, artinya ‘paling baik’
Terjauh, artinya ‘paling jauh’
ii. Verba berprefiks ter- derifatif ‘dalam keadaan’ apabila bentuk dasarnya memilki komponen makna (+ keadaan) dan (+ kejadian). Contoh:
Tergeletak, artinya ‘dalam keadaan geletak’.
Terdampar, artinya ‘dalam keadaan dampar’
iii. Verba berprefiks ter- derifatif memiliki makna gramatikal ‘terjad dengan tiba-tiba’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian). Contoh:
Teringat, artinya ‘tiba-tiba ingat’
Terjerembab, artinya ‘tiba-tiba jerembab’.
l) Verba Berprefiks ke-
Verba berprefiks ke- digunakan dalam bahasa ragam tidak baku. Fungsi dan makna gramatikalnya sepadan dengan verba berprefiks ter-. Jadi, bentuknya sebagai berikut:
Kebaca
Ketipu
Ketabrak
Kebawa
ketangkap
Sepadan dengan Terbaca
Tertipu
Tertabrak
Terbawa
Tertangkap
          (sumber: A. Caher. 2015:142)

Makna gramatikal yang dimiliki, antara lain:
1. Tidak sengaja
2. Dapat di.
3. Kena (dasar).

 m) Verba berkonfiks ke-an
Perlu diketahui terlebih dahulu ada dua macam konfiks ke-an, yaitu konfiks ke-an yang membentuk verba dan konfiks ke-an yang membentuk nomina. Verba konfiks ke-an termasuk verba pasif, yang tidak dapat dikembalikan kedalam verba aktif, seperti verba pasif ter-. Makna gramatikal yang dimilikinya adalah:
1. Terkena, menderita atau mengalami.
2. Agak bersifat.

i. Verba Berkonfiks ke-an
Memiliki makna gramatikal ‘terkena, menderita, mengalami (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ peristiwa alam) atau (+ hal yang tidak enak). Contoh:
Kebanjiran, artinya ‘terkena banjir’
Kecopetan, artinya ‘terkena copet’.
ii. Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ‘agak (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ warna). Contoh:
Kehijauan, artinya ‘agak hijau’
Kebiruan, artinya ‘agak biru’
Catatan:
Di dalam pemakaian lazim disertai dengan nama warna lain didepannya  dan bentuk reduplikasi. Contoh:
Hijau kekuningan atau hijau kekuning-kuningan.

3. Afiksasi: Pembentukan Nomina
Sebuah kata dasar atau bentuk dasar memerlukan adanya imbuhan (afiks) agar sebuah kata dapat digunakan di dalam pertuturan. Sebuah imbuhan dapat mengubah makna, jenis, dan fungsi kata dasar. Dalam Bahasa Indonesia terdapat beberapa jenis imbuhan (afiks) yang melekat pada sebuah kata daar atau leksem, yaitu :
1. Awalan (Prefiks) : ber-, per-, me-, di-, ter-, ke-, se-, pe-
2. Sisipan (Infiks) : -el-, -em-, -er-
3. Akhiran (Sufiks) : -kan, -i, -an, -nya
4. Imbuhan terbagi (Konfiks) : ber-kan, ber-an, per-kan, per-i, me-kan, me-i, memper-
kan, memper-i, do-kan, di-i, diper-kan, diper-i, ter-kan, ter-i, ke-an, se-nya, pe-an, per-an.

Pada penggunaan imbuhan dengan fungsi imbuhan adalah membentuk kata benda dan makna gramatikal adalah sebagai berikut :
a. Awalan pe-
Awalan pe- mempunyai enam variasi bentuk (alomorf) yaitu :
(1) Pe- : perawat, pewaris, pelamar
(2) Pen- : pendaki, pencari, penari
(3) Pem- : pemborong, pemutus, pembantu
(4) Peng- : penggaris, pengolah, penghitung
(5) Peny- : penyaring, penyair, penyatu
(6) Penge- : pengetik, pengelas, pengebom

Fungsi imbuhan pe- adalah membentuk kata benda dan makna gramatikal awalan pe- adalah sebagai berikut :
(1) Orang yang me-
Contoh :
{pe-} + {tulis} => {penulis} mempunyai makna “orang yang menulis”
{pe-} + {daki} => {pendaki} mempunyai makna “orang yang mendaki”
(2) Orang yang pekerjaannya
Contoh :
{pe} + {lukis} => {pelukis} mempunyai makna “orang yang pekerjaannya melukis”
(3) Orang yang bersifat
Contoh :
{pe} + {malas} => {pemalas} mempunyai makna “orang yang malas”
(4) Orang yang suka, gemar atau seringkali melakukan
Contoh :
{pe} + {bohong} => {pembohong} mempunyai makna “orang yang suka berbohong”
(5) Alat
Contoh :
{pe} + {hapus} => {penghapus} mempunyai makna “alat untuk menghapus”.

b. Awalan per-
Awalan per- mempunyai 3 variasi bentuk yaitu per-, pe-, dan pel-. Fugsi awalan per- yang membentuk kata benda adalah sebagai berikut :
{per} + {kerja} => {pekerja}, mempunyai makna “orang yang bekerja”
{per} + {suruh} => {pesuruh} mempunyai makna “orang yang disuruh”
c. Awalan ter-
Awalan ter- membunyai fungsi untuk membentuk kata kerja pasif dan kata benda. Berikut adalah beberapa kata yang membentuk fungsi kata benda :
{ter} + {tuduh} => {tertuduh} mempunyai makna gramatikal “orang yang dituduh”
{ter} + {gugat} => {tergugat} mempunyai makna gramatikal “orang yang digugat”
d. Imbuhan pe-an
Imbuhan gabung pe-an adalah merupakan gabungan dari awalan pe- dan akhiran –an yang secara bersama-sama melekat pada sebuah kata dasar. Imbuhan gabung pe-an mempunyai enam macam bentuk (alomorf), yaitu pe-an, pem-an, pen-an, peny-an, peng-an, penge-an.
Fungsi imbuhan pe-an adalah membentuk kata benda. Makna gramatikal yang didapatkan dari pengimbuhannya adalah sebagai berikut :
(1) Menyatakan makna “hal atau peristiwa”
Contoh :
{pe} + {bunuh} + {an}=> {pembunuhan}
{pe} + {bina} + {an} => {pembinaan}
(2) Menyatakan makna “proses”
{pe} + {olah} + {an} => {pengolahan}
{pe} + {bayar} + {an} => {pembayaran}
(3) Menyatakan makna “hasil”
Contoh :
{pe} + {teliti} + {an} => {penelitian}
{pe} + {periksa} + {an} => {pemeriksaan}
(4) Menyatakan makna “tempat”
Contoh :
{pe} + {makam} + {an} => {pemakaman}
{pe} + {gadai} + {an} => {pegadaian}
(5) Menyatakan makna “alat”
Contoh :
{pe} + {lihat} + {an} => {penglihatan}
{pe} + {goreng} + {an} => {penggorengan}
e. Akhiran –nya
Akhiran (sufiks) –nya tidak mempunyai variasi bentuk. Akan tetapi, perlu diperhatikan adanya dua macam –nya yaitu sebagai kata ganti yang berfungsi sebagai akhiran dan berfungsi sebagai kata ganti orang ketiga. Sebagai akhiran, -nya berfungsi sebagai :
- Pembentuk kata benda (nomina) : {tenggelamnya}, {bekerjanya}, {larinya}
- Pembentuk kata keterangan : {agaknya}, {rupanya}, {sebenarnya}
- Pemberi penekanan atau penegasan : {uangnya}, {obatnya}

1. Afiksasi: Pembentukan Adjektiva
Dalam subbab berikut akan dibicarakan kata-kata berakfiks bahasa indonesia yang oleh banyak pakar di golongkan sebagai kata berkelas ajektiva dan dalam subbab lain akan dibicarakan kata-kata berkelas ejektiva yang berasal dari unsur serapan dengan kemungkinan penggunaan ‘afks’ serapannya dalam pembentukan kata berkelas ajektiva. (A. Chaer:2015).
A. Dasar ajektiva berafiks asli indonesia
Sudah disebutkan diatas adanya buku atau literatur yang menyatakan adanya ketumpangtindihan kata-kata berkelas ajektiva dengan kelas lain, seperti kelas nomina dan verba. Berikut kita bicarakan kata-kata berafiks apa saja yng bertumpang tindih itu:
i. Dasar ajektiva berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada dasar ajektiva. Yaitu, pertama yang diimbuhkan secara langsung dan kedua yang diimbuhkan melalui verba baerafiks me-kan.
Dasa + pe-  = pe-Dasar
Dasar = me-dasar-kan + pe- = pe-dasar.
Pemberian afiks pe- secara langsung dapat terjadi kalua dasar ajektiva itu memiliki kompone makna (+ sikap batin ) dan memberi makna gramatikal yang memiliki sifat dasar. Misalnya :

Pemalu
Pemarah
Penakut
Pengecut
Pemberani
Pendendam
Pembenci
Pencemburu
Peragu
Pencemas

Pemberian prefiks pe- melalui verbal berklofiks me-kan dapat terjadi apabila dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+ keadaan fisik) dan memberi makna gramatikal yang menjadikan (dasar ). Misalnya :
Pembersih
pemutih
pengering
Dasar Ajektitiva Berprefiks se-
Pemberian prefiks se- pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘sama (dasar) dengan nomina yang mengikutinya’. Misalnya:
- Sepintar A, ‘sama pintar dengan A’.
- Secantik B, ‘sama cantic dengan B’.
- Setinggi C, ‘sama tinggi dengan C’.
Dasar ajektifa dengan prefiks se- bukanlah berkategori ajektiva sebab tidak dapat diaali adverbia agak atau sangat. Bentuk agak sepintar dan sangat sepinta tidak berterima. Kata-kata yang dibentuk dari dasar ajektiva dengan prefiks se- sesungguhnya berkategori verba. Prefiks se- pada dasar ajektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan ‘sama’ atau sederajat. Perhatikan:
- Setinggi = sama tinggi = tingkat sama
- (tinggian) = lebih tinggi = tingkat lebih

ii. Dasar Ajektiva Bersufiks –an
Pemberian sufiks –an pada semua dasar ajektiva memberi maka gramatikal ‘lebih (dasar)’ pada nomina yang mengikutinya.
Misalnya:
- Pintaran A, ‘lebih pintar A’
- Mahalan B, ‘lebih mahal B’
Dasar ajektiva dengan sufiks –an bukanlah kategori ajektiva, melainkan berkategori verba, sebab tidak dapat diawali adverbia agak atau sangat. Bentuk agak tinggi dan sangat tinggian tidak  berterima. Kata-kata yang dibentuk dari dasar ajektiva dengan sufiks –an membentuk tingkat perbandingan lebih dalam satu system penderajatan. Perhatikan:
- (setinggi) = sama tinggi = tingkat sama
- Tinggian = lebih tinggi = tingkat lebih
- (tertinggi) = paling tinggi = tingkat paling (superlatif)
Catatan:
Kata asinan dan manisan yang bermakna gramatikal ‘yang di (dasar)’ dibentuk melalui verba mengasinkan dan memaniskan.

iii. Dasar Ajektiva Berprefiks ter-
Pengimbuhan prefiks ter- pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘paling (dasar)’. Misalnya:
- Tercantik, ‘paling cantik’.
- Terbodoh, ‘paling bodoh’
Kata-kata yang bentuk dasarnya ajektiva dengan prefiks ter- tidaklah termasuk berkategori ajektiva, melainkan berkategori verba, sebab tidak dapat idahului adverbia agak dan sangat. Bentuk-bentuk seperti agak termahal dan sangat termahal tidak berterima.
Prefiks ter- pada dasar ajektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan superlatif dalam suatu system penderajatan. Perhatikan.
- (setinggi) = sama tinggi = tingkat sama
- (tinggian) = lebih tinggi = tingkat lebih
- Tertinggi = paling tinggi = tingkat paling (superlatif)

iv. Dasar Ajektiva Berkonfiks ke-an
Pengimbuhan konfiks ke-an pada dasar ajaktiva akan memberi makna gramatikal ‘agak’ (dasar) bila ajektiva itu memiliki komponen makna (+ warna). Misalnya:

Kehitaman, ‘agak hitam’.
- Kemerahan, ‘agak merah’.
- Kehijauan, ‘agak hijau’
Makna gramatikal ‘agak (dasar)’ ini sering lebih dipertegas dengan pengulangan, sehingga menjadi:
- Kehitam-hitaman.
- Kemerah-merahan.
Dasar ajektiva dengan konfiks ke-an di atas, termasuk yang diberi perluangan, berkategori ajektiva, sebab dapat didahului adverbia agak dan sangat. Jadi bentuk-bentuk agak kehitaman, agak kehitam-hitaman, sangat kehitaman dan sangat kehitam-hitaman adalah berterima.
Catatan:
Ada sejumlah makna gramatikal yang dimiliki dasar ajektiva bila diberi konfiks ke-an. Diantaranya adalah:
a) Bermakna gramatikal ‘terlalu (dasar)’ apabila bentuk dasarnya mimiliki komponen makna (+ warna), (+ rasa) atau (+ ukuran).
Misalnya:
Kehitaman, ‘terlalu hitam’
Keenceran, ‘terlalu encer’
Bentuk dasar ajektiva dengan konfiks ke-an yang bermakna gramatikal ‘terlalu (dasar)’ ini bukan berkategori ajektiva, melainkan berkategori verba.
b) Bermakna gramatikal ‘hal (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sikap batin). Misalnya:
Ketakutan, ‘hal takut’
Kekhawatiran, ‘hal khawatir’
Perlu di catat kembali bahwa bentuk kemalua n dewasa ini tidak bermakna gramatikal melainkan makna idiomatical. Semua bentuk ke-an dengan dasar ajektiva yang bermakna ‘hal (dasar)’ berkategori nominal.
c) Bermakna gramatikal ‘mengalami (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ rasa fisik). Misalnya:
Kedinginan, ‘mengalami dingin’
Kegerahan, ‘mengalami gerah’
Dasar ajektiva dengan konfiks ke-an yang bermakna gramatikal ‘mengalami (dasar)’ memiliki kategori verba.
v. Dasar Ajaktiva Berklofiks me-kan
Dasar ajektiva berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal ‘menyebabkan jadi (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sikap batin). Misalnya:
- Memalukan, ‘menyebabkan malu’.
- Memilukan, ‘menyebabkan pilu’.
Dasar ajektiva dengan konfliks me-kan sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahuluai oleh adverbial agak dan sangat; dan sebagai verba dapat diikuti oleh sebuah objek. Jadi, bentuk-bentuk atau konstruksi –konstruksi berikut adalah berterima:
- Agak memalukan orang banyak
- Sangat memalukan orang banyak
vi. Dasar Ajektiva Berlkofiks me-i
Dasar ajektiva berklofiks me-I memiliki makna gramatikal ‘merasa (dasar) pada’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ rasa betin). Misalnya:
- Mencintai,’merasa cinta pada’.
- Mengagumi, ‘merasa kagum pada’.
- Menyenangi, ‘merasa senang kepada’.
Dasar Ajektiva dengan klofiks me-i ini sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbial agak dan sangat; dan sebagi verba dapat diikuti oleh sebuah objek. Jadi, bentuk-bentuk konstruksi berikut berterima:
- Agak mencintai gadis itu.
- Sangat mencintai gadis itu.
- Agak menghormati guru itu.
vii. Dasar Lain Berkomponen Makna (+ keadaan)
Kosakata berkategori ajektiva dalam bahasa Indonesia sudah merupakan ‘barang jadi’. Namun, yang disebut ‘barang jadi’ ini ada yang ada yang 100% berkategori ajektiva, tetapi banyak pula yang tidak. Artinya, barang ‘barang jadi’ yang berkategori ajektiva itu memiliki pula komponen makna (+ bendaan) atau (+ tindakan).

B. Pembentukan Ajektiva dengan ‘Afiks’ Serapan
Menurut buku Pedoman Ejaan Bahasa indonesia yang disempurnakan (EYD) dan buku pedoman pembentukan istilah (PPI), penyerapan kata dari bahasa asing dilakukan secara utuh, bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya. Seperti contoh:
Jika kita menyerap kata standard bisa di baca menjadi standar (huruf d-nya dibuang).
Jika menyerap kata standarditition di baca menjadi standardisasi (-ditition disesuaikan menjadi di-sasi).
Jika menyerap kata object menjadi objek, kita juga menyerap kata objective di baca menjadi objektif.
i. Kata serapan dari bahasa inggris dan belanda
Berkategori ajektiva dapat kita kenali dari ‘akhiran’ (dalam tanda petik) seperti:
Akhiran kata if : aktif, pasif, objektif, administratif, primitif, konsumtif, konsultatif, edukatif, dll yang berakhiran kata if.
Akhiran kata ik: akademik, pluralistik, kritik, pratictik, dan heroik.
Akhiran kata is: akademis, kronologis, kritis, birokratis, nasionalis, dan egois.
Akhiran kata istis: materialistis, persimistis, agoistis, optimistis, dan pluralistis.
Akhiran kata al: prosedural, komunal, material, individual, gramatikal, konseptual, dan seremonial.
Akhiran kata il; prinsipil, idiil, dan komersil.
Contoh:
Akhir il dari bahasa Belanda menurut pedoman EYD harus diganti dengan akhiran al dari inggris. Namun, ada ‘akhiran’ il dan al tidak bisa dipertukarkan karena memiliki makna yang berbeda, seperti kata idiil dan ideal.

ii. Kata serapan dari bahasa Arab.
Kata serapan ini yang yang berkategori ajektiva dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik), antara lain:
Akhiran kata (i): islmi, alami, abadi, qurani, madani, jasmani, dan rohani.
Akhiran kata iah: Islamia, alamiah, rohaniah, abadiah, dan qur’aniah.
Tampaknya “akhiran” unsur serapan, baik inggris/Belanda maupun Aarab tidak produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, bukan hanya untuk pembentukan verba, tetapi juga untuk pembentukan kategori yang lain. Sejauh ini kata-kata (dari dasar asli Indonesia) yang telah dibentuk dengan akhiran serapan itu hanyalah pancasilais, surgawi, manusiawi, kimiawi, sukuisme, daerahisme, tendanisasi, dan lelenisasi.












DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia: pendekatan proses. Jakarta: Rineka Cipta.
Muslich, Masnur. 2010. Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tata Bahasa Deskriptif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Faizah, Nur. 2015. Modul Pembelajaran Bahasa Idonesia Program Bahasa (SMA/MA). Jombang: Prisma Print.
http://anindadyahandriani.blogspot.com/2017/01/afiksasi-pembentukan-verba-afiksasi.html?m=1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenis Morfem Berdasarkan Jumlah Fonem Yang Menjadi Unsurnya

Morfologi dan Ilmu Kebahasaan lain, Unsur (Kontruksi Kata)